Asti Surya (Yesica Sitinjak/VOI)JAKARTA - Fenomena ageism atau diskriminasi dan stereotip berdasarkan usia masih sering terjadi di berbagai bidang, termasuk dunia fashion. Banyak pelaku industri fashion merasakan batasan terkait stereotip usia, terutama bagi para perempuan.Hal tersebut juga dirasakan oleh desainer sekaligus Creative Director ASTISURYA, Asti Surya. Ia mengaku sempat mengalami tekanan di tengah perubahan yang sangat cepat di industri fashion, dan kini diisi oleh banyak anak muda.“Aku milenial, terus ada generasi baru namanya gen Z. Terasa dengan kehadiran mereka yang di dunia yang produktif ini sudah memegang peran juga,” tutur Asti Surya saat ditemui di kawasan Bundaran HI, Jakarta, pada Senin, 19 Oktober 2025.Kehadiran generasi lebih muda dengan berbagai inovasi baru di dunia fashion, sering membuat Asti membandingkan kemampuan dirinya sendiri dengan mereka. Ia mengakui memiliki perbedaan kemampuan dengan generasi muda yang sudah lebih paham teknologi.“Hal ini kerap kali membuat aku membanding-bandingkan kemampuan diriku dengan generasi ini,” tuturnya.“Mereka secara visual presentation lebih jago, dibandingkan kita yang milenial ini adalah orang-orang yang sama teknologi baru belajar,” tambahnya.Meski demikian, Asti menyadari bahwa dirinya harus relevan dengan zaman yang berubah, dengan belajar kembali dan berkolaborasi. Dengan melakukan hal tersebut, maka ia bisa mengatasi stereotipe ageism dan tetap bisa mengimbangi generasi lebih muda.“Awalnya sempat stres mengikuti pertumbuhan pesat ini, tapi lama-kelamaan aku merasa harus belajar dari yang muda-muda ini agar tetap muda dan ikut perkembangan zaman,” jelasnya.Tak hanya itu, Asti juga berharap pelaku industri fashion dapat lebih menghargai keberagaman usia. Ini karena setiap generasi memiliki kontribusi berbeda dalam membangun dunia mode Indonesia.“Cara aku mengatasi ageism ini dengan belajar untuk menyeimbangkan kemampuan dengan apa yang ada sekarang. Usia tidak membatasi untuk terus berkarya dan belajar,” pungkas Asti Surya.