Studi Ungkap Junk Food Percepat Kerusakan Sel Otak dan Daya Ingat

Wait 5 sec.

Junk Food (Foto: Freepik/Freepik)JAKARTA - Kita sering menganggap junk food hanya berdampak pada berat badan dan kesehatan jantung. Namun sejumlah penelitian terbaru mengungkapkan makanan tinggi lemak dan gula juga bisa mempercepat kerusakan sel otak dan menurunkan daya ingat hingga hitungan hari.Dilansir dari laman Foodmed Center, penelitian dari University of Dundee dan University of Aberdeen yang dipublikasikan di Scientific Reportstahun 2018 menemukan bahwa tikus yang diberi makanan tinggi lemak mengalami penurunan kemampuan mengingat dalam waktu hanya 24 jam.Tikus-tikus tersebut mengonsumsi makanan sekitar 60 persen kalori dari lemak, setara dengan pola makan manusia yang sering mengonsumsi makanan cepat saji seperti burger, kentang goreng, dan daging olahan.Menariknya, ketika hewan percobaan tersebut kembali diberi makanan sehat, kemampuan memorinya pulih dalam beberapa hari.Hal ini menunjukkan bahwa otak sangat responsif terhadap apa yang kita makan, dan efek buruk dari pola makan tinggi lemak bisa muncul bahkan sebelum tubuh menunjukkan tanda-tanda obesitas.Penelitian lanjutan dari Sarah Spencer dan tim di RMIT University, Australia (Neurobiology of Aging, 2017) menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Menurut mereka, diet tinggi lemak memicu peradangan di bagian otak yang disebut hippocampus, pusat utama pembentukan memori dan kemampuan belajar.Dalam waktu tiga hari, tikus-tikus yang diberi makanan berlemak tinggi menunjukkan peningkatan kadar zat peradangan seperti interleukin-1 beta. Zat ini mengganggu komunikasi antar sel saraf dan menyebabkan kesulitan dalam menyimpan informasi baru. Ketika para peneliti memblokir kerja zat ini dengan obat khusus, penurunan memori bisa dicegah meskipun tikus tetap makan tinggi lemak.Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Neuron pada tahun 2025 oleh Taylor Landry dan tim dari University of North Carolina menemukan makanan tinggi lemak juga mengganggu pasokan energi otak.Dalam dua hari kadar glukosa menurun drastis. Hal ini membuat kondisi sel-sel otak menjadi tidak baik. Akibatnya, pola aktivitas saraf menjadi kacau dan kemampuan otak untuk menyimpan ingatan menurun.Ketika peneliti memulihkan kadar glukosa di otak, kemampuan memori langsung membaik. Artinya diet tinggi lemak secara langsung mengganggu metabolisme otak, bukan hanya efek sampingan dari berat badan.Bukan hanya hewan yang terdampak. Studi dari Tuki Attuquayefio di Macquarie University, Australia (PLoS ONE, 2017) menunjukkan manusia juga bisa mengalami efek serupa dalam waktu empat hari saja.Dalam penelitian terhadap lebih dari 100 orang muda sehat, peserta yang mengonsumsi sarapan tinggi lemak dan gula mengalami penurunan performa pada tes memori spasial, jenis memori yang bergantung pada hippocampus.Menariknya, kelompok ini juga lebih sulit menahan keinginan untuk makan makanan tidak sehat, bahkan saat sudah kenyang. Artinya, junk food bukan hanya merusak memori, tapi juga melemahkan kemampuan otak untuk menolak godaan makanan yang sama.Dampak jangka panjang dari konsumsi makanan tinggi lemak juga berbahaya. Penelitian dari Emily Knight di University of California, Irvine (Neurobiology of Aging, 2014) menunjukkan tikus yang dimodifikasi untuk meniru gejala Alzheimer mengalami penurunan memori lebih cepat saat diberi diet tinggi lemak.Penelitian terbaru dari Sabrina Mackey-Alfonso di University of Kentucky (Brain, Behavior, and Immunity, 2024) menemukan hal serupa. Pola makan tinggi lemak memperparah peradangan otak dan mempercepat kerusakan koneksi antar sel saraf, bahkan tanpa adanya penumpukan plak otak khas Alzheimer.Peneliti juga menemukan junk food dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus. Menurut studi Youjun Yang dari University of North Carolina (Neuropsychopharmacology, 2019), perubahan komposisi mikroba usus akibat makanan berlemak dapat memengaruhi perkembangan dan fungsi hippocampus. Saat keseimbangan bakteri dikembalikan, fungsi memori juga ikut membaik.Namun efek buruk dari makanan cepat saji tidak bersifat permanen. Penelitian dari Chrisanna Sims-Robinson di University of Michigan (2016) menunjukkan hewan yang sebelumnya diberi makanan tinggi lemak dapat memulihkan kemampuan memorinya setelah kembali ke pola makan sehat.Selain itu, olahraga juga membantu. Studi yang dipimpin oleh Paul Loprinzi (Brain Sciences, 2019) menunjukkan aktivitas fisik dapat menekan peradangan otak dan meningkatkan produksi protein yang membantu pertumbuhan sel otak baru.Selain itu, makanan kaya antioksidan seperti buah beri, sayuran berwarna cerah dan ikan berlemak dapat membantu melindungi sel otak dari kerusakan akibat stres oksidatif.