Pesawat Pelita Air. (Foto: Dok. Antara)JAKARTA - Pemerintah sedang menyiapkan rencana merger atau penggabungan antara Pelita Air dan Garuda Indonesia. Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya menata ulang bisnis penerbangan milik negara agar lebih efisien.Pengamat BUMN sekaligus Direktur NEXT Indonesia Center Herry Gunawan menyoroti rencana tersebut. Dia mengingatkan agar rencana tersebut perlu dikaji matang.Lebih lanjut, Herry menilai skema yang lebih cocok adalah konsolidasi bukan merger. Sebab, jika yang dipilih adalah skema merger justru bisa menimbulkan masalah baru.“Kalau yang dilakukan merger, maka nanti Pertamina akan punya saham di Garuda. Sehingga, niat awal Pertamina melepas bisnis non inti justru tidak tercapai. Ini sama saja minta Pertamina menggendong Garuda yang sedang rugi akibat beban keuangan yang besar,” kata Herry kepada VOI, di Jakarta, Senin, 6 Oktober.Herry menyarankan agar pemerintah memilih skema lain, misalnya Garuda mengakuisisi Pelita Air sepenuhnya. Dengan begitu, Pertamina bisa tetap fokus pada bisnis energi tanpa terbebani sektor penerbangan.“Atau cari skema lain agar Pertamina lepas tanggung jawab terhadap bisnis penerbangan. Jangan sampai nanti, Pertamina yang saat ini masih meraih laba, ikut terseret beban Garuda,” ujarnya.Apalagi, sambung Herry, Pertamina saat ini juga sedang sibuk konsolidasikan bisnis di hilir maupun beres-beres bisnis non inti. Dia pun mengingatkan agar konsolidasi ini tidak menambah beban untuk Pertamina.“Jangan sampai mendapat beban tambahan dari Garuda,” katanya.Menurut Herry, konsolidasi bisnis operator penerbangan ini juga memberikan keuntungan. Salah satunya, membuat Danantara sebagai holding BUMN lebih fokus dalam melakukan restrukturisasi bisnis penerbangan yang ada di bawahnya.“Bisnis penerbangan milik BUMN akan beroperasi lebih efisien terutama dari sisi operasional, karena dapat dikelola dalam satu perusahaan,” ujarnya.Herry juga menilai dalam konsolidasi ini, Garuda lebih diuntungkan, karena dapat suntikan aset dan kas, mengingat Pelita Air termasuk perusahaan yang memperoleh laba di tahun 2024, walau pun pada dua tahun sebelumnya masih rugi. Sementara Garuda masih sibuk dengan beban keuangannya dan rugi.Meski begitu, Herrry tak menampik bawah konsolidasi ini juga memiliki potensi risiko. Misalnya, Pertamina akan kehilangan aset, walaupun ke depan akan menjadi lebih fokus ke bisnis migas.“Ada potensi pelanggan setia Pelita akan hilang, karena itu perlu disiapkan mitigasinya,” tuturnya.Karena itu, menurut Herry, yang terpenting saat ini adalah membuat bisnis penerbangan milik pemerintah sehat terlebih dahulu dan terkonsentrasi.“Namun jangan bebankan persoalan Garuda ke BUMN lain seperti Pertamina,” katanya.