Kantor Perusahaan IFG (Antara)JAKARTA – Di tengah rendahnya pemahaman masyarakat terhadap asuransi, Indonesia Financial Group (IFG) menempuh strategi berbeda dengan menggabungkan riset berbasis data dan aksi lapangan melalui lembaga risetnya, IFG Progress.Didirikan sebagai pusat kajian kebijakan publik di sektor asuransi, penjaminan, dan investasi, IFG Progress berperan merancang strategi literasi dan inklusi keuangan berbasis bukti ilmiah. Sekretaris Perusahaan IFG, Denny S. Adji mengatakan setiap program IFG lahir dari analisis mendalam lembaga riset tersebut agar memiliki dampak nyata.“Setiap langkah kami berbasis data. Hasil riset IFG Progress menjadi dasar dalam meningkatkan literasi dan inklusi asuransi nasional,” kata Denny kepada VOI, Sabtu, 4 Oktober.Pendekatan literasi yang dilakukan IFG bersifat dua arah, dengan edukasi yang menyasar keluarga muda, pelaku UMKM, sektor informal, generasi muda, hingga masyarakat di wilayah ekonomi syariah.Edukasi juga dilakukan melalui simulasi praktis seperti perlindungan usaha kecil dari risiko kebakaran atau manfaat santunan bagi keluarga korban musibah.Dari hasil riset, IFG juga mengembangkan produk asuransi sederhana dan terjangkau, seperti LifeSAVER dari IFG Life dengan premi mulai Rp25.000 per bulan, serta produk Third Party Liability dari Jasa Raharja Putera.Selain itu, IFG meluncurkan aplikasi One by IFG agar masyarakat dapat membeli dan mengelola produk asuransi secara digital.“Digitalisasi bagi kami bukan hanya soal kemudahan, tetapi menciptakan pengalaman yang personal bagi segmen yang sebelumnya sulit dijangkau,” ujar Denny.IFG juga menggandeng berbagai pihak untuk memperluas inklusi asuransi, seperti Kementerian Pertanian, Bank Mandiri, Bank BTN, serta sejumlah fintech untuk menghadirkan produk asuransi mikro di platform digital.“Kami berperan sebagai penggerak yang menyatukan berbagai pihak untuk mempercepat inklusi keuangan,” tambahnya.Selain fokus pada bisnis, IFG menjalankan misi sosial melalui program Kindness to Progress di empat desa, seperti Magelang, Bandung Barat, dan Malang, yang mencatat nilai Social Return on Investment sebesar 4,99 dengan dampak ekonomi Rp1,63 miliar. IFG juga menyalurkan buku literasi ke 34 provinsi dan mengadakan program relawan bagi karyawan.Berdasarkan data OJK, indeks literasi sektor asuransi meningkat dari 36,90 persen menjadi 45,45 persen pada 2025, sementara inklusi naik dari 12,21 persen menjadi 28,5 persen. Denny menyebut IFG terus memantau efektivitas program lewat IFG Progress sebagai kompas arah kebijakan.Sementara itu, pengamat asuransi Irvan Rahardjo menilai inklusi asuransi di Indonesia masih rendah, padahal negara ini rawan bencana.Ia menyebut hambatan utama adalah rendahnya literasi keuangan dan daya beli masyarakat, sehingga kontribusi sektor asuransi terhadap PDB menurun menjadi 2,76 persen pada 2022.Menurut Irvan, industri perlu bertransformasi dari pendekatan korporasi ke masyarakat dan memperluas kerja sama lintas sektor dengan model penta helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media agar pertumbuhan lebih inklusif dan berkelanjutan.