Mengenal DeepSeek, Chatbot AI Asal China Pesaing ChatGPT, Gemini, dkk

Wait 5 sec.

Ilustrasi DeepSeek. Foto: Dado Ruvic/REUTERSAwal tahun 2025, nama chatbot AI DeepSeek menjadi buah bibir. Selain sebagai pesaing baru untuk ChatGPT dan Google Gemini, DeepSeek mendadak viral setelah chatbot mereka merajai tangga populer di Apple App Store dan juga Google Play.Laboratorium kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) asal China itu mengembangkan model AI dengan biaya yang lebih murah, sukses bikin analis Wall Street hingga pakar teknologi bertanya-tanya, mampukah AS mempertahankan dominasinya di perlombaan AI? Dan apakah permintaan chip AI akan tetap setinggi sekarang?Terlepas dari itu semua, bagaimana sebenarnya DeepSeek berasal dan bisa dengan cepat mendunia? Mari kita bahas lebih dalam.Dari Dunia Trading ke Laboratorium AIDeepSeek lahir dari High-Flyer Capital Management, perusahaan investasi asal China yang mengandalkan AI untuk mengambil keputusan perdagangan.Sosok di baliknya adalah Liang Wenfeng, pecinta AI yang mendirikan High-Flyer pada 2015. Sejak mahasiswa di Zhejiang University, Wenfeng sudah tertarik dengan trading. Pada 2019, ia meluncurkan High-Flyer Capital Management sebagai hedge fund dengan fokus mengembangkan algoritma AI.Empat tahun kemudian, pada 2023, High-Flyer mendirikan DeepSeek sebagai laboratorium penelitian AI terpisah dari bisnis finansial mereka. Dengan dukungan investor yang sama, lab ini akhirnya berdiri sebagai perusahaan independen bernama DeepSeek.Sejak awal, DeepSeek membangun cluster data center sendiri untuk melatih model AI. Namun, seperti perusahaan AI China lainnya, mereka ikut terkena dampak larangan ekspor perangkat keras dari AS. Untuk melatih salah satu model terbaru, DeepSeek terpaksa menggunakan chip Nvidia H800, versi downgrade dari H100 yang hanya tersedia bagi perusahaan AS.Liang Wenfeng, pendiri perusahaan rintisan DeepSeek, menyampaikan pidato utama selama Penghargaan Golden Bull Ekuitas Swasta Tiongkok ke-10 pada tanggal 30 Agustus 2019 di Shanghai, Tiongkok. Foto: VCG/VCGTim teknis DeepSeek dikenal masih muda. Mereka agresif merekrut doktor AI dari universitas top di China, bahkan juga mempekerjakan orang tanpa latar belakang ilmu komputer agar teknologinya bisa memahami beragam bidang.Model AI yang Bikin HebohDeepSeek pertama kali merilis model DeepSeek Coder, DeepSeek LLM, dan DeepSeek Chat pada November 2023. Namun sorotan dunia baru benar-benar datang saat mereka meluncurkan keluarga model DeepSeek-V2 di musim semi berikutnya.DeepSeek-V2, yang bisa menganalisis teks dan gambar, mencetak performa tinggi di berbagai uji coba AI, dengan biaya jauh lebih murah dibanding pesaing. Kehadirannya memaksa raksasa domestik seperti ByteDance dan Alibaba memangkas harga model mereka, bahkan ada yang dibuat gratis.Popularitas itu semakin melesat saat DeepSeek-V3 dirilis pada Desember 2024. Menurut uji internal, DeepSeek-V3 mampu melampaui model open-source seperti Meta Llama hingga model eksklusif berbasis API seperti OpenAI GPT-4o.Tak kalah menarik, DeepSeek juga meluncurkan model R1, yang dirancang khusus untuk reasoning alias penalaran. Dirilis Januari 2025, R1 diklaim selevel dengan model o1 milik OpenAI dalam sejumlah tolok ukur utama.Sebagai reasoning model, R1 bisa memeriksa jawabannya sendiri sehingga lebih minim kesalahan. Meski butuh waktu lebih lama untuk menghasilkan solusi, keunggulannya ada pada keandalan di bidang sains, fisika, dan matematika.Namun, ada sisi lain dari semua itu. Karena dikembangkan di China, model DeepSeek wajib melalui uji regulator internet setempat agar jawabannya selaras dengan “nilai-nilai inti sosialis”. Misalnya, chatbot R1 tak akan menjawab pertanyaan soal Lapangan Tiananmen atau otonomi Taiwan.Ilustrasi DeepSeek. Foto: Dado Ruvic/REUTERSMeski begitu, popularitasnya tetap meroket. Pada Maret lalu, DeepSeek mencatat 16,5 juta kunjungan, menjadikannya platform AI dengan trafik terbesar kedua setelah ChatGPT, meski masih jauh tertinggal dari ratusan juta pengguna aktif mingguan ChatGPT.Sejak itu, DeepSeek terus merilis pembaruan, termasuk model reasoning terbaru di platform Hugging Face pada Mei lalu, serta model eksperimental V3.2-exp pada September kemarin yang dirancang untuk memangkas biaya pemrosesan.Strategi Mengganggu PasarMenariknya, DeepSeek seperti belum punya model bisnis yang jelas. Mereka menjual produk jauh di bawah harga pasar, bahkan ada yang diberikan gratis. Perusahaan ini juga tidak menerima dana investor meski banyak investor modal ventura yang berminat.DeepSeek berdalih bahwa terobosan efisiensi membuat mereka bisa tetap kompetitif dengan biaya rendah. Meski begitu, sejumlah pakar meragukan klaim tersebut.Apapun kebenarannya, developer menyambut hangat model DeepSeek. Meski tidak sepenuhnya open-source, lisensi mereka cukup longgar untuk penggunaan komersial. Menurut CEO Hugging Face, Clem Delangue, sudah ada lebih dari 500 model turunan dari R1 yang diunduh 2,5 juta kali.Kesuksesan DeepSeek melawan para raksasa AI membuatnya disebut-sebut sebagai disruptor besar. Bahkan, kehadirannya ikut memicu saham Nvidia anjlok 18% pada Januari lalu, dan memancing komentar langsung dari CEO OpenAI, Sam Altman.Pemerintah AS pun mulai waspada. Pada Maret lalu, Departemen Perdagangan AS memberi arahan agar DeepSeek dilarang di perangkat pemerintah mereka. Sejumlah negara lain, termasuk Korea Selatan dan negara bagian New York, juga ikut memblokir penggunaannya.Microsoft sendiri sudah memasukkan DeepSeek ke platform Azure AI Foundry, tapi di saat bersamaan Presiden Microsoft, Brad Smith, menegaskan karyawan mereka dilarang memakai DeepSeek karena alasan keamanan data dan propaganda.Untuk saat ini, arah masa depan DeepSeek masih penuh tanda tanya. Pengembangan model AI yang lebih baik sudah bisa dipastikan. Namun dengan semakin banyaknya negara, terutama AS, yang memandangnya sebagai ancaman pengaruh asing, langkah DeepSeek ke depan jelas tidak akan mudah.