Perempuan dan Ketakutannya

Wait 5 sec.

Perempuan merupakan makhluk Tuhan yang tidak terlepas dari rasa takut dan cemas. Sumber foto: Shutterstock/Zaie.Tuhan menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dan diberikan akal yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Begitupun, perempuan diberikan akal, rasa, emosi, dan ekspresi yang bisa jadi kekuatan atau justru menjadi kelemahan. Perempuan cenderung lebih sering mengalami kecemasan dan ketakutan dibandingkan laki-laki. Bagi perempuan, apa pun gerakan dan tindakan yang dilakukannya sering kali diperhatikan yang membuatnya terkadang merasa cemas atau takut salah.Namun, apa saja ketakutan dan kecemasan yang sering terjadi pada perempuan?1. Takut Menjadi Beban (Fear of Being a Burden)Banyak perempuan muda maupun sudah menikah dan punya anak menyimpan rasa takut dianggap merepotkan orang lain. Perasaan ini bisa muncul karena pengalaman masa kecil, ataupun lingkungan yang membuatnya merasa canggung atau takut membebani yang lain. Akhirnya, perempuan jadi ragu meminta bantuan saat sakit atau stres karena tidak mau merepotkan orang lain.2. Merasa Diri Tidak Pantas (Imposter Syndrome)Bagi sebagian perempuan, pencapaian dan prestasi gemilang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Namun, ada juga perempuan yang meragukan pencapaiannya dan merasa itu hanya keberuntungan belaka atau merasa tidak pantas untuk mendapatkannya. Contohnya, ketika perempuan ditunjuk menjadi pemimpin bagi anggota laki-laki, hal ini mungkin bisa memicu imposter syndrome bagi sebagian perempuan.3. Takut Dianggap EgoisPerempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan dalam hidupnya, tetapi terkadang apa yang dipilih mereka terkesan buruk di mata orang lain. Misalnya, ketika perempuan memilih me time dengan sering melakukan solo trip di tengah hiruk pikuk pekerjaan dan rumah tangga, mereka dianggap egois tidak mengurusi keluarganya. Padahal, perempuan juga butuh waktu untuk mengistirahatkan badan dan pikiran.4. Takut Mengalami Pelecehan dan KekerasanBerdasarkan data dari Komnas Perempuan, kekerasan terus terjadi setiap tahun. Bahkan di tahun 2023, kekerasan seksual sebanyak 15.621 kasus, kekerasan psikis sebanyak 12.878 kasus, dan kekerasan fisik sebanyak 11.099 kasus. Adapun yang sering menjadi korban adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi banyak perempuan ketika sedang berada di mana pun, baik di rumah, kantor, atau di tempat publik. Sebab, kekerasan dan pelecehan bisa saja terjadi di mana pun termasuk di rumah yang dianggap sebagai tempat aman, memungkinkan menjadi tempat yang membuat perempuan trauma.5. Takut Tidak Menikah atau Tidak Punya AnakSeiring perkembangan zaman, terutama bagi perempuan berkarier mungkin stigma sosial tentang “umur tua belum nikah dianggap tidak laku” atau “sudah beberapa tahun nikah, masih belum punya anak dianggap mandul” sudah tidak terlalu dikhawatirkan bagi sebagian perempuan, buktinya banyak perempuan yang memutuskan untuk childfree ataupun menikah ketika karier sudah sukses dan mapan. Namun, lagi-lagi kita tidak bisa mengabaikan bahwa stigma sosial ini masih saja melekat di masyarakat terutama di daerah yang masih kental dengan stigma tersebut. Hal inilah yang membuat perempuan terkadang merasa tertekan dan akhirnya tak jarang pernikahannya berakhir di persidangan.6. Takut Berbicara di Ruang PublikSejak dulu, suara perempuan cenderung jarang didengarkan sehingga akhirnya hanya terpendam dalam pikiran dan benaknya. Namun, kini perempuan sudah mulai berani bersuara, berorasi, beropini, dan beraspirasi di ruang publik terkait isu-isu yang sedang ramai dibicarakan, baik berkaitan dengan perempuan maupun tidak. Namun, keberanian itu tidak selalu berjalan mulus, ada tantangan atau ketakutan yang kadang menggoyahkan seperti dicap terlalu vokal, cari muka, dan lain-lain.7. Takut pada Standar Orang LainKetika kita membuka dunia maya, sering kali menemukan hujatan atau kritik netizen terhadap perempuan yang mungkin menurut mereka tidak sesuai dengan standar kecantikan mereka. Padahal, perempuan diciptakan dengan keunikan dan kecantikannya masing-masing. Akhirnya, tidak sedikit perempuan yang takut dengan penilaian kecantikan berdasarkan standar orang lain, memutuskan untuk melakukan operasi plastik dan sejenisnya.Sebenarnya, masih banyak lagi ketakutan yang perempuan rasakan baik disadari atau tidak. Seberusaha apa pun perempuan menghadapi rasa takut dalam hidupnya, justru hal itu menjadi bukti bahwa setiap perempuan memiliki rasa takut. Ingat, rasa takut dan cemas yang dimiliki perempuan tidak selalu menunjukkan kelemahan, melainkan ekspresi yang bisa kita kontrol agar tidak tumbuh menjadi besar.Seiring perkembangan zaman, perempuan mulai berani menjadi pemimpin, menyuarakan aspirasi, dan lebih peduli pada diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Kita sebagai perempuan bisa saling mendukung satu sama lain, memberikan ruang untuk validasi perasaan satu sama lain, dan jangan sampai sesama perempuan saling menjatuhkan. Dan percayalah, keberanian perempuan saat ini untuk terus maju, bertumbuh, dan menginspirasi banyak orang adalah hal yang istimewa.