Menyelami Islam di Hong Kong Lewat Masjid Tertua yang Dibangun pada Abad 19

Wait 5 sec.

Masjid Jamia Hong Kong. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparanMatahari belum seberapa tinggi, tapi Hong Kong sedang sibuk-sibuknya pada pertengahan September lalu. Pusat kota Tsim Sha Tsui begitu sibuk dengan hiruk pikuk kendaraan hingga aktivitas warga.Hal ini yang kumparan rasakan saat menginap di The Mira Hotels, ketika diajak Hong Kong Tourism Board untuk menelusuri jejak Islam di salah satu destinasi favorit dunia tersebut.Tempat yang ingin diperlihatkan adalah Masjid Jamia, masjid pertama yang dibangun di Hong Kong.Perjalanan dari Tsim Sha Tsui menuju bangunan yang dikenal juga sebagai Candi Lascar ini hanya membutuhkan waktu 30 menit.Masjid Jamia bak tersembunyi di tengah bangunan-bangunan tinggi. Menuju bangunan utama, kita harus melewati banyak anak tangga.Setelah menyusuri puluhan anak tangga, akhirnya kami tiba di masjid yang berlokasi di Jalan Shelley No. 30, Central, Hong Kong Island.Arsitekturnya sederhana, tua tapi tidak menyeramkan. Ia tetap teduh dengan pohon-pohon di sekelilingnya.Di depan pintu, tertulis sekelumit sejarah tentang Masjid Jamia. Ternyata, masjid ini pertama kali dibangun pada abad 19, tepatnya tahun 1840.Masjid Jamia Hong Kong. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparanBangunan masjid diperluas pada 1915. Kemudian dicat lebih rapi dengan warna dominan hijau. Ia direnovasi atas biaya sumbangan dari pedagang asal Bombay, India, Haji Mohamed Essack Elias,Masjid lama di lokasi tersebut dibangun untuk menyediakan tempat ibadah bagi umat Islam, yang sebagian besar berasal dari Semenanjung India dan berprofesi sebagai pedagang, pelaut, tentara, polisi, dan penjaga penjara.Seiring dengan bertumbuh pesatnya komunitas Muslim di Hong Kong, masjid lama tersebut pun kemudian dibongkar dan digantikan oleh Masjid Jamia yang kini berdiri dan dapat menampung sekitar 400 jemaah.Menikmati Suasana MasjidMasjid Jamia Hong Kong. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparanKetika pertama masuk, pelataran Masjid Jamia mirip dengan banyak masjid-masjid di Indonesia. Ada rak-rak sandal dan sepatu, keset berwarna hitam, hingga buku-buku bacaan.Karpet warna merah terbentang, ada sedikit pembatas dan tempat yang dikhususkan untuk wanita.Suasananya juga hangat dengan kipas angin berputar di sekelilingnya. Mimbarnya juga khas, tampak terlihat tidak terlalu tua.Masjid Jamia Hong Kong. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparanYang menarik, di pojok masjid, ada kursi-kursi yang disediakan untuk jemaah-jemaah lansia yang tetap ingin beribadah. Kursi ini bisa dipindahkan jemaah lain untuk kebutuhan para lansia.Al-Quran berbagai warna pun menghiasi area dalam masjid. Tampak juga jam digital dengan penunjuk waktu juga tak luput diletakkan.Setelah berjalan sekitar 15 menit, kumparan duduk di tengah masjid, sambil menikmati suasana Hong Kong yang berbeda.Hong Kong kini memang lebih ramah untuk semua kalangan, tak terkecuali Muslim.Masjid Jamia Hong Kong. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparanJumlah penduduk Muslimnya pun berkembang. Tahun ini, jumlah penduduk Hong Kong yang memeluk agama Islam sudah mencapai 4,1 persen, dari total sekitar 7,5 juta jiwa penduduk kota tersebut.Bertemu ImamTak lama kumparan duduk, datanglah Muhammad Mufti Arshad. "Assalammualaikum," katanya dari depan pintu.Para jurnalis dari Indonesia, Malaysia, hingga Singapura pun kompak menjawab dengan ramah. Di tengah kesibukannya mengurusi peradaban Islam di Hong Kong, Arshad sempat kami wawancarai. "Mungkin di luar Jum'at yang salat di sini hanya sekitar 10-20 orang," tutur Arshad.Namun baginya, itu sudah istimewa. Sebab, Masjid Jamia tetap menjalankan perannya sebagai penunjuk kehidupan harmonis antara komunitas Muslim lokal dengan warga nonmuslim lainnya.Kata Arshad, suara Azan tetap bisa memanggil warga Muslim di sekitar Masjid Jamia. Saat Ramadhan, masjid ini juga ramai menyelenggarakan acara-acara.Imam Masjid Jamia Hong Kong Arshad. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan"Kami hidup dengan baik, pemerintah Hong Kong juga menjadikan tempat ini seperti bangunan bersejarah yang juga bisa jadi tempat wisata."Menurut Arshad, peran masjid di Hong Kong sangat strategis. Tak hanya pengingat ibadah juga penggerak sertifikasi halal yang saat ini juga digalakkan pemerintah Hong Kong."Ya, sebenarnya kami adalah yang pertama kali mendorong penerbitan sertifikat halal. Kami memastikan bahwa semua hal yang harus halal, seperti sumber makanan ya harus halal," pungkas Arshad.