Potret anak-anak yang mengalami stunting dari sebuah keluarga miskin di Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/HO-BKKBN)JAKARTA – Memori hari ini, tiga tahun yang lalu, 6 Oktober 2022, Wakil Presiden (wapres), Ma’ruf Amin imbau orang tua jangan hanya tawakal (pasrah) hadapi stunting. Ma’ruf meyakini stunting bisa dicegah jika ditangani dengan benar. Orang tua harus memberikan makanan bergizi kepada anaknya.Sebelumnya, masalah gangguan pertumbungan kronis atau stunting tak pernah benar hilang dari Indonesia. Kemiskinan jadi muaranya. Kondisi itu membuat orang tua tak mampu berikan gizi yang cukup. Stunting jadi meluas ke mana-mana.Citra Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah bukan pepesan kosong belaka. Banyak bahan makanan mudah tumbuh di bumi pertiwi. Bahkan, beberapa di antara dapat jadi sumber pangan yang mencukupi gizi anak-anak di seluruh Indonesia.Perkaranya hal itu hanya berada pada tataran teori saja. Realitanya justru berkata lain. Media massa bak mempertontonkan kemunculan kasus stunting di mana-mana. Ambil contoh data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Status Gizi Balita pada 2019.Riset itu mengungkap bahwa prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,67 persen. Artinya, angka itu dianggap cukup gawat. Presiden Jokowi pun segera ambil sikap. Ia meminta jajarannya segera mencanangkan target penurunan stunting jadi 14 persen pada tahun 2024.Jajaran Jokowi bersepakat bahwa muara terjadinya stunting adalah kemiskinan. Mereka mengganggap memberantas kemiskinan sudah pasti membuat angka stunting jadi menurun. Para orang tua dapat memenuhi segala macam nutrisi anak dalam 1.000 hari kehidupan.Bayi baru lahir diberikan asi eksklusif selama enam bulan. Kemudian setelah enam bulan diberikan makanan pendamping asi. Sisanya anak harus diberikan makanan bergizi tinggi.Semua itu dapat dilakukan kalau ekonomi keluarga membaik. Kondisi itu ditunjang pula dengan pemerintah yang harus aktif dalam melakukan sosialisasi perkara stunting."Memang tidak semua orang miskin anaknya stunting. Tapi sebagian besar stunting itu diakibatkan karena kemiskinan. Dan karena itu kemiskinan itu yang harus ditangani. Ini sangat penting. Karena itu kita mengupayakan jangan sampai ada keluarga miskin baru bertambah.""Saya sangat percaya biaya penanganan stunting akan lebih murah kalau pencegahan lebih diutamakan. Pendekatan kesehatan (health approach) akan lebih murah dari pendekatan pengobatan (treatment approach)," ungkap Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy sebagaimana dikutip laman Kemenkopmk, 3 Maret 2021.Masalah stunting juga jadi perhatian Ma’ruf Amin. Wapres itu menganggap stunting merupakan konsekuensi pengasuhan orang tua kepada anaknya dalam 1.000 hari pertama kehidupan tak memenuhi gizi anak. Sekalinya pengasuhan itu tak dimanfaatkan secara benar maka akibatnya bisa stunting.Ma'ruf Amin yang pernah jadi Wakil Presiden era 2019-2024. (ANTARA)Wapres yang juga Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting mengimbau orang tua jangan tawakal (pasrah) hadapi stunting. Tawakal memang dianggap penting dalam Islam. Namun, tawakal yang dimaksud bukan tanpa usaha.Orang tua harus berusaha dulu memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya. Penuhi jatah gizinya. Hasilnyanya bisa dilihat pada kemudian hari.“Menghadapi anak stunting jangan hanya tawakkal, tapi harus introspeksi diri atas pengasuhan anak, dan harus dilakukan pencegahan dan penanganan yang benar. Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, tawakkal dan sebab tidak saling menegasikan.”Tawakkal itu tempatnya di hati. Sementara sebab tempatnya di dalam kerja-kerja kita. Karena itu, tawakkal tidak menegasi dan menafikan sebab. Tawakkal dan sebab, dua-duanya harus kita lakukan, karena tempatnya berbeda,” ujar Ma’ruf sebagaimana dikutip laman stunting.go.id, 6 Oktober 2022.