Ilustrasi. Penampakan menu perdana program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada Senin 13 Januari 2024. ANTARA-Nirkomala.JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menargetkan seluruh satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jakarta telah mengantongi sertifikat dalam dua pekan. Hal ini merujuk pada kebijakan pemerintah pusat yang kini mewajibkan semua dapur MBG memiliki sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS), sertifikat hazard analysis and critical control point (HACCP), dan sertifikat halal karena banyaknya kasus keracunan MBG. "Kalau semuanya lancar, proses (sertifikasi dapur MBG) ini ditargetkan selesai dua minggu ke depan," kata Ani kepada wartawan, Senin, 6 Oktober. Saat ini, tercatat telah ada 180 dapur MBG di Jakarta. Ani mengungkap, seluruh SPPG tersebut belum ada yang mengantongi SLHS. Ani mengungkap pihaknya akan mempercepat penerbitan SLHS agar semua dapur MBG telah memenuhi persyaratan beroperasi sesuai taeget yang diberikan. Selain itu, Pemprov DKI juga akan melakukan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL) ulang terhadap semua SPPG. Inspeksi ini sejatinya telah dilakukan sejak dapur MBG didirikan. IKL ulang dijalankan untuk memastikan dapur penyedia makanan tersebut tetap beroperasi sesuai standar. "Jadi secara masif kami melakukan IKL, targetnya adalah 2 minggu ke depan. Termasuk kami melakukan pelatihan terhadap penanggung jawab dari SPPG-nya dan juga terhadap penjamah makanannya," jelas Ani. "Ada sekitar 8 ribu orang yang dilatih. Sekitar 8 ribu orang akan kami latih terus, supaya bisa mengelola tata laksana di SPPG-nya masing-masing dengan lebih baik," tambahnya. Selain itu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat sebanyak 60 siswa dari 10 lokasi di Jakarta mengalami keracunan MBG. Namun, belum ada kasus keracunan MBG di Jakarta yang pasiennya sampai membutuhkan peralatan medis khusus saat mendapat penanganan. "Kejadian, kalau di Jakarta ada di 10 lokasi, tetapi sebenarnya siswa yang terdampak, yang sampai memerlukan peralatan kesehatan tidak terlalu banyak. Ada Sekitar 60-an dari seluruh lokasi," tutur Ani. Namun, dia tak merinci lokasi mana saja ditemukan kasus keracunan MBG di Jakarta. Berdasarkan hasil laboratorium sebagian besar penyebab keracunan makanan adalah bakteri. "Sesuai dengan yang disampaikan Pak Menkes kemarin, memang sebagian besar penyebabnya adalah bakteri," tandasnya.