Kilang Minyak (Foto: Antara)JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, Fabby Tumiwa ikut bersuara terkait pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menyebutkan masih minimnya jumlah kilang di Indonesia.Dikatakan Fabby, dalam membangun kilang dibutuhkan waktu selama 40 hingga 50 tahun hingga produk yang yang dihasilkan ekonomis."Soal Pertamina katanya malas bangun kilang, jadi kilang baru ekonomis kalau sudah 40-50 tahun beroperasi. Jika membutuhkan rentang waktu sejauh itu, apakah masih ada demand (permintaan) setelah 20 tahun kemudian dibangun?” ujar Fabby dalam konferensi pers Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025, Senin 6 Oktober.Menurutnya, untuk menungu hingga kilang tersebut mencapai break even point (BEP) atau balik modal, akan ada risiko berkurangnya permintaan terhadap minyak dan gas yang dihasilkan.Fabby menjelaskan, keadaan ini banyak terjadi di kilang-kilang besar di luar negeri yang menghadapi situasi penurunan demand. Bahkan ia menyebut banyak yang mulai mengobral kilangnya karena dinilai merupakan bisnis yang merugi."Permintaan minyak dunia itu sudah peak. Sehingga banyak orang sekarang mau ngobral kilangnya. Karena biasa kilang itu bisnis yang rugi," jelas Fabby.Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti subsidi energi terus meningkat setiap tahun akibat tingginya porsi impor BBM, khususnya jenis solar dan diesel.Ia menyinggung janji Pertamina pada tahun 2018 yang menyatakan akan membangun tujuh kilang minyak dalam waktu lima tahun, namun hingga kini, tidak satu pun dari rencana tersebut terealisasi."Sejak itu sampai sekarang enggak pernah bangun kilang baru. Jadi nanti bapak-bapak kalau ibu-ibu ketemu Sanantara lagi, minta Pertamina bangun kilang baru. Saya pernah, waktu saya di Maritim, saya pernah tekan mereka tahun 2018 untuk bangun kilang," tuturnya.Dia pun meminta anggota DPR untuk ikut mengawasi Pertamina agar janji tersebut tidak menjadi wacana semata dan dirinya siap mengambil tindakan tegas jika komitmen tersebut tidak dijalankan."Mereka janji mereka akan bangun tujuh kilang baru dalam waktu lima tahun. Sampai sekarang kan enggak ada satupun. Jadi bapak tolong kontrol mereka juga. Dari saya kontrol, dari bapak-bapak juga kontrol. Karena kita rugi besar. Karena kita impor dari mana? Dari Singapura. Minyak, produk-produk-produk minyaknya," ucapnya.