Ilustrasi pasangan berhubungan seks. (Freepik)JAKARTA - Seks oral sering dianggap sebagai alternatif yang lebih aman karena tidak menyebabkan kehamilan. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Seks oral tetap memiliki risiko kesehatan yang perlu diketahui, terutama jika dilakukan tanpa perlindungan.Bagi wanita, area vagina tergolong sensitif dan rentan terkena infeksi. Kontak langsung antara mulut dan alat kelamin dapat menjadi jalur masuk bagi bakteri atau virus yang ada di mulut atau cairan tubuh pasangan. Jika tidak hati-hati, hal ini bisa menyebabkan infeksi menular seksual (IMS) hingga infeksi saluran kemih (ISK).“Banyak orang tidak menyadari bahwa seks oral juga bisa menularkan infeksi, terutama bila dilakukan tanpa perlindungan,” jelas dr. Sandeep Chaddha, dokter kandungan, dikutip dari laman Healthshots.“Jika dilakukan secara sembarangan, risiko IMS dan ISK tetap ada. Jadi jangan anggap seks oral selalu aman," tambahnya.Seks oral bisa menjadi jalur penularan berbagai penyakit menular seksual, antara lain:- Herpes (baik herpes mulut maupun kelamin)- Hepatitis A, B, dan C- Gonore (kencing nanah)- Klamidia- Sifilis- HIVPenularan dapat terjadi jika cairan tubuh yang terinfeksi bersentuhan dengan luka, sariawan, atau lecet di mulut maupun alat kelamin. Selain itu, bakteri dari area anus atau vagina bisa berpindah ke saluran kemih saat melakukan seks oral, yang berpotensi menimbulkan ISK.Jika mengalami gejala seperti gatal, nyeri saat buang air kecil, keputihan tidak biasa, atau muncul luka di area genital, segera periksakan diri ke dokter atau klinik kesehatan seksual. Deteksi dini membantu mencegah infeksi menyebar dan memudahkan pengobatan.Untuk mengurangi risiko, penting menjaga kebersihan dan komunikasi terbuka dengan pasangan. Berikut beberapa langkah aman yang bisa dilakukan:- Gunakan pelindung seperti kondom untuk mencegah kontak langsung antara mulut dan alat kelamin.- Jaga kebersihan diri dan pasangan. Cuci intim genital dengan sabun lembut tanpa pewangi dan air hangat sebelum dan sesudah berhubungan.- Hindari seks oral saat ada luka atau sariawan. Luka kecil bisa menjadi pintu masuk virus atau bakteri.- Jangan berganti-ganti pasangan. Semakin sering melakukannya, semakin tinggi risiko tertular IMS.“Kebersihan dan perlindungan adalah kunci,” tambah dr. Chaddha. “Komunikasikan dengan pasangan dan jangan ragu menggunakan pelindung. Seks yang aman tidak hanya soal kenyamanan, tapi juga soal tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri.” lanjutnya. Melakukan tes infeksi menular seksual secara berkala adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan reproduksi, terutama bagi yang aktif secara seksual.Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan untuk melakukan tes HIV secara rutin bagi orang berusia 15–65 tahun, serta pemeriksaan klamidia, gonore, dan sifilis bagi mereka yang aktif melakukan hubungan seksual.Dengan melakukan tes secara berkala, kamu bisa mengetahui kondisi kesehatan sejak dini, mencegah komplikasi, dan melindungi pasangan dari risiko penularan.