Logo Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Aljir, Aljazair Foto: Ramzi Boudina/REUTERSOrganisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) berpotensi menaikkan produksi minyak pada November mendatang. Langkah ini dinilai sebagai strategi merebut kembali pangsa pasar global.Berdasarkan survei Bloomberg terhadap pedagang dan analis, Arab Saudi dan mitranya kemungkinan menyetujui tambahan produksi sekitar 137.000 barel per hari. Keputusan itu akan dibahas dalam konferensi video delapan negara kunci OPEC+ pada 5 Oktober.OPEC+ sebelumnya sudah mulai mengaktifkan tambahan produksi 1,66 juta barel per hari yang sempat tertahan. Arab Saudi bahkan lebih dulu menghidupkan kembali pasokan 2,2 juta barel, melawan prediksi pesimistis pasar.Harga minyak global pun hanya turun tipis karena Tiongkok gencar membeli minyak untuk cadangan strategis. Pada Jumat (26/9), harga minyak mentah Brent diperdagangkan mendekati USD 69 per barel, turun 7 persen sepanjang tahun ini.Mayoritas responden survei menilai kenaikan produksi akan berada di level 137.000 barel per hari. Namun, keputusan final sulit ditebak karena Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, dikenal kerap membuat kejutan. Rusia juga disebut mendukung langkah Saudi, meski industri energinya masih tertekan sanksi dan perang Ukraina.Analis menilai langkah percepatan produksi ini bagian dari strategi OPEC+ untuk merebut kembali pangsa pasar yang hilang sejak 2023, ketika mereka menahan pasokan demi menopang harga.“Kami skeptis OPEC+ akan mengubah haluan kecuali harga minyak turun signifikan,” kata analis minyak dan gas global senior HSBC Plc, Kim Fustier.Pekan ini, Irak juga sepakat membuka kembali ekspor lewat pipa dari wilayah Kurdi setelah tertutup lebih dari dua tahun. Namun, pasar menilai tambahan pasokan ini tidak akan berdampak besar karena sebagian sudah dialihkan ke konsumsi domestik.-Reporter: Nur Pangesti