Kunjungan ke pabrik Polytron di Sayung, Demak, Jawa Tengah untuk melihat proses perakitan motor listrik. Foto: Sena Pratama/kumparanIndustri manufaktur Indonesia kembali mencatatkan kinerja positif di tengah tantangan global. Data World Bank dan United Nations Statistic menunjukkan manufacturing value added Indonesia pada 2024 mencapai USD 265 miliar, naik 4 persen dibanding tahun sebelumnya.Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan capaian tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara manufaktur terbesar ke-13 di dunia dan peringkat ke-5 Asia.“Posisi kita berada setelah Jepang, India, Korea Selatan, dan China. Ini bukti daya saing industri nasional semakin kuat,” kata Faisol di Tangerang, baru-baru ini.Pekerja melakukan perakitan di Pabrik United Bike, Bogor, Kamis (21/9/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparanPertumbuhan sektor industri juga tercermin dari kinerja ekonomi nasional pada triwulan II 2025. Faisol menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen, sementara industri pengolahan non-migas justru tumbuh lebih tinggi di angka 5,6 persen.“Kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap PDB juga meningkat dari 16,72 persen pada periode sebelumnya menjadi 16,92 persen di triwulan II 2025,” jelas Faisol.Ia menilai tren positif ini menunjukkan sektor manufaktur masih menjadi tulang punggung perekonomian. Salah satu pendorong utama pertumbuhan datang dari industri otomotif, khususnya kendaraan roda dua. Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, penjualan motor di dalam negeri mencapai 4,26 juta unit, sementara ekspor menembus 366 ribu unit CBU.“Angka tersebut naik 5,2 persen secara tahunan. Ini mengindikasikan kepercayaan negara tujuan ekspor dan konsumen global terhadap produk Indonesia terus meningkat,” kata Faisol.Astra Honda Motor (AHM) ikut ambil bagian di IMOS 2025. Foto: Fitra Andrianto/kumparanMenurutnya, performa positif ini menjadi bukti bahwa industri otomotif Indonesia tetap kompetitif meski dihantam gejolak global. Faisol tidak menampik bahwa dinamika ekonomi dunia memberi tekanan bagi industri otomotif.“Kenaikan harga bahan baku, gangguan rantai pasok, dan fluktuasi nilai tukar menjadi tantangan nyata. Namun, produsen tetap menjaga produksi dan ekosistem industri agar terus tumbuh,” tegasnya.Ia menambahkan, pemerintah optimistis masa transisi ini dapat dilalui dengan baik.Pengunjung Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair) melihat lini motor listrik di booth Honda. Foto: Sena Pratama/kumparan“Menjelang akhir tahun, tanda-tanda pemulihan pasar sudah mulai terlihat. Kami berharap sektor otomotif bisa kembali tumbuh seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Faisol.Pemerintah pun mendorong seluruh pelaku usaha otomotif untuk terus memperkuat proses produksi. Faisol berharap disrupsi geopolitik yang sempat mengganggu ketersediaan bahan baku dan rantai pasok dapat segera teratasi agar industri semakin siap menghadapi persaingan global.