Belajar Memeluk Hidup dan Melepas Derita, Kenali Manfaat Memaafkan bagi Kesehatan Mental

Wait 5 sec.

Ilustrasi Saling Memaafkan (Ketut Subiyanto/Pexels)JAKARTA - Dalam hidup, Anda kerap tak sadar bahwa musuh terbesar bukanlah mereka yang pernah menyakiti Anda. Melainkan pikiran sendiri yang terus menggenggam rasa sakit itu erat-erat. Dendam, penyesalan, dan kekecewaan sering Anda rawat layaknya pusaka berharga. Padahal sesungguhnya, semua itu hanya memperpanjang penderitaan.Melansir Psychology Today, Selasa, 30 September menegaskan bahwa memaafkan bukan sekadar urusan moral atau spiritual, tetapi juga keputusan strategis bagi kesehatan mental dan fisik. Saat Anda memilih untuk melepaskan kemarahan, bukan berarti Anda menyetujui tindakan orang lain atau melupakan apa yang terjadi. Sebaliknya, Anda sedang menegaskan kedaulatan atas diri sendiri. Menurut penulis Alex Pattakos Ph.D., membiarkan luka terus hidup dalam benak ibarat menyiram bensin pada api yang sebenarnya bisa Anda padamkan kapan saja. Luka mungkin memberi ilusi kekuatan, tetapi sesungguhnya melemahkan dari dalam secara perlahan. Stres kronis yang muncul dari kemarahan tersimpan dapat mengganggu tidur, mengacaukan hormon, bahkan merusak sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, saat seseorang belajar mengampuni, tubuh ikut merespons dengan menurunkan ketegangan, memperbaiki kualitas pernapasan, serta memicu hormon yang menumbuhkan rasa tenang. Viktor Frankl pernah berkata bahwa penderitaan tanpa makna hanya akan menjadi beban, sementara penderitaan yang Anda beri arti dapat berubah menjadi sumber kebijaksanaan. Artinya, yang perlu Anda lepaskan bukanlah ingatan atas luka itu, melainkan cengkeraman emosionalnya terhadap diri Anda sendiri. Proses memaafkan memang tidak selalu terjadi dalam sekali keputusan. Kadang dia hadir dalam bentuk keraguan, air mata, bahkan godaan untuk kembali marah. Namun seperti membangun otot, latihan kecil yang dilakukan berulang kali akan menumbuhkan kekuatan baru. Kekuatan untuk berkata, “Aku tak lagi ingin menjadi tawanan masa lalu.” Sebab pada akhirnya, memaafkan bukan hadiah untuk orang yang bersalah, melainkan anugerah bagi diri Anda sendiri. Dan mungkin, di tengah dunia yang ramai dengan ego dan balas dendam, langkah paling elegan adalah berjalan pergi dengan hati yang ringan.