Ilustrasi olahraga bersama pasangan. Foto: ShutterstockPariwisata olahraga atau sport tourism merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dalam industri pariwisata global, menawarkan peluang besar bagi daerah untuk meningkatkan profil, menarik investasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Industri yang mencakup semua aktivitas perjalanan di mana individu terlibat dengan olahraga, baik sebagai penonton maupun peserta dinilai mampu menghasilkan nilai ekonomi hingga berjuta-juta bahkan miliar. Di Indonesia, sektor pariwisata telah diidentifikasi sebagai mesin penggerak ekonomi utama yang memiliki potensi untuk mendorong pembangunan di berbagai daerah.Menurut etimologi, pariwisata olahraga sebagai kombinasi dari olahraga dan pariwisata yang secara simultan mendorong partisipasi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi regional. Secara umum, pariwisata olahraga dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis. Seperti Wisata Olahraga Pasif yang merupakan aktivitas perjalanan di mana individu bertujuan untuk menyaksikan acara atau turnamen, seperti kejuaraan global seperti Olimpiade atau kejuaraan regional seperti Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) yang dilakukan di Banyuwangi. Sebaliknya ada wisata olahraga aktif dengan melibatkan partisipasi langsung, misalnya mengikuti maraton atau kejuaraan balap sepeda gunung. Terdapat juga klasifikasi berdasarkan intensitas, yaitu hard sport tourism yang mengacu pada event kompetitif skala besar yang menarik partisipasi dan penonton dalam jumlah besar, serta soft sport tourism yang berfokus pada aktivitas rekreasi seperti mendaki, berlari, atau bersepeda. Banyuwangi, melalui berbagai festival dan ajang yang telah direncanakan, telah berhasil mengintegrasikan kedua kategori ini secara efektif dan efisien guna menarik wisatawan untuk datang. Pariwisata olahraga telah menjadi salah satu katalisator signifikan bagi pertumbuhan ekonomi bagi daerah yang memiliki potensi pariwisata dan mampu memaksimalkan seperti Banyuwangi, dengan menciptakan multiplier effect yang meluas ke berbagai sektor. Mekanisme ini tidak hanya terbatas pada pendapatan dari penjualan tiket atau partisipasi event, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi lokal secara keseluruhan.Peningkatan Pendapatan Regional dan Multiplier EffectKeberadaan event-event olahraga yang diselenggarakan di Banyuwangi telah terbukti meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Diklaim bahwa penyelenggaraan Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) mampu mendongkrak jumlah wisatawan secara drastis dari sekitar 500 ribu orang menjadi 4 juta wisatawan dalam beberapa tahun. Lonjakan pengunjung ini memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap pendapatan daerah di Banyuwangi. Fenomena yang disebut multiplier effect, yaitu di mana setiap pengeluaran wisatawan untuk satu item, seperti partisipasi dalam lomba, akan menciptakan gelombang pengeluaran yang menguntungkan berbagai sub-sektor ekonomi lainnya. Event-event besar secara langsung menggerakkan sektor transportasi, akomodasi, dan kuliner, memberikan efek berlipat ganda bagi UMKM dan masyarakat lokalDibutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah dengan sektor swasta, seperti grup sepeda main sepeda, dalam penyelenggaraan acara seperti salah satu trilogy Banyuwangi Blue Fire Ijen Kom menunjukkan pentingnya sinergi ini dalam memastikan ketersediaan layanan pendukung. Dampak ini bahkan menciptakan peluang ekonomi non-tradisional, seperti yang terlihat pada event Banyuwangi Ijen Geopark (BIG) Downhill 2025, di mana sejumlah rumah warga di Tamansari menjadi penginapan dadakan untuk menampung peserta, menunjukkan bagaimana event olahraga dapat secara langsung memberdayakan komunitas lokal. Selain itu, geliat pariwisata ini memberikan dampak positif pada UMKM di sektor kuliner ringan dan industri kreatif lokal lainnya. Secara keseluruhan, event pariwisata olahraga yang diselenggarakan dalam beberapa tahun terakhir telah menciptakan multiplier effect pada sub-sektor pendukung pariwisata seperti hotel, restoran, hiburan, investasi, dan tenaga kerja.Pariwisata Olahraga sebagai Media Pemasaran GlobalLebih dari sekadar mendorong perputaran ekonomi, sport tourism di Banyuwangi berfungsi sebagai instrumen pemasaran yang sangat efektif. Penyelenggaraan event berskala internasional seperti ITdBI, yang berstatus balap resmi Union Cycliste Internationale (UCI), dan Ijen Green Trail Run, yang masuk kalender Asia Trail Master, menempatkan Banyuwangi di peta dunia. Para peserta, baik atlet profesional maupun amatir dari berbagai negara, tidak hanya membawa devisa tetapi juga menjadi duta promosi yang menyebarkan informasi tentang destinasi Banyuwangi kepada audiens global. Pada Ijen Green Trail Run 2025, misalnya, partisipasi 378 pelari termasuk 37 pelari asing dari 11 negara secara signifikan meningkatkan visibilitas daerah.Peran pariwisata olahraga ini secara fundamental mengubah persepsi publik terhadap potensi daerah Banyuwangi. Daerah yang sebelumnya dianggap terpencil dan terpelosok karena dikelilingi taman nasional, lautan, dan pegunungan yang terletak di ujung pulau jawa, kini dipromosikan sebagai destinasi "Beyond Bali". Event-event seperti ITdBI sengaja dirancang dengan rute yang melewati berbagai tempat wisata, mulai dari pantai hingga Kawah Ijen, secara efektif mempromosikan keindahan alam dan sumber daya daerah kepada peserta dan audiens media. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pariwisata olahraga bukan hanya tentang menambah jumlah wisatawan, tetapi juga tentang branding dan menarik perhatian investor.Event Unggulan BanyuwangiPortofolio sport tourism Banyuwangi dibangun di atas serangkaian event unggulan yang secara konsisten memanfaatkan kekayaan alam dan budaya daerah. Salah satu event yang digelar yaitu Tour de Banyuwangi Ijen, secara resmi dikenal sebagai International Tour de Banyuwangi Ijen, adalah balap sepeda road race bertaraf internasional yang diakui oleh Union Cycliste Internationale (UCI) sebagai UCI Asia Tour 2.2. Event tahunan yang telah menginjakkan tahun ke-10 tahun 2025, diadakan sejak 2012 dan telah berhasil menarik tim-tim balap dari dalam dan luar negeri. Rute sepanjang lebih dari 600 kilometer yang melintasi berbagai destinasi wisata, mulai dari pantai hingga Kawah Ijen, menjadi strategi promosi yang efektif untuk memperkenalkan Banyuwangi ke kancah dunia. Kesuksesan ITdBI merupakan contoh bagaimana event olahraga dapat menjadi media branding yang kuat, secara efektif mengintegrasikan sportainment dan promosi destinasi, sekaligus menciptakan multiplier effect jangka panjang yang melampaui masa penyelenggaraan acara itu sendiri.Event lainnya seperti Ijen Green Trail Run adalah event lari lintas alam yang menawarkan kombinasi unik antara tantangan fisik dan keindahan alam Gunung Ijen dan Gunung Ranti. Ajang ini berhasil menarik ratusan pelari, termasuk peserta dari 11 negara seperti Jepang, Singapura, Prancis, dan Jerman. Event ini merupakan contoh event untuk model soft sport tourism, di mana destinasi tidak perlu membangun infrastruktur baru yang masif. Sebaliknya, event ini secara cerdas memanfaatkan lanskap alam yang sudah ada, menjadikannya model yang lebih berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari acara ini secara langsung menggerakkan sektor transportasi, penginapan, dan kuliner, menunjukkan bagaimana soft tourism dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal.Event berikutnya seperti Banyuwangi Ijen Geopark Downhill (BIG Downhill). BIG Downhill merupakan kejuaraan balap sepeda downhill yang juga merupakan agenda resmi UCI. Event ini memperkuat posisi Banyuwangi sebagai destinasi pariwisata olahraga ekstrem, menarik partisipasi dari atlet nasional dan internasional yang mengagumi sirkuit kelas dunia yang menantang. BIG Downhill menunjukkan bagaimana Banyuwangi berhasil mendiversifikasi portofolio sport tourism-nya, tidak hanya terbatas pada balap sepeda road race atau lari, tetapi juga mencakup segmen olahraga ekstrem.Tantangan dan Risiko dalam Pengembangan Pariwisata Olahraga BerkelanjutanMeskipun kesuksesan yang telah dicapai, pengembangan pariwisata olahraga di Banyuwangi tidak luput dari tantangan fundamental yang perlu diatasi untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. salah satu kendala utama dalam pengembangan pariwisata di Banyuwangi adalah keterbatasan dukungan sarana dan prasarana, terutama terkait aksesibilitas dan akomodasi. Banyak destinasi wisata yang berpotensi tinggi terhambat pengembangannya karena akses jalan yang kurang memadai seperti di tahun 2025 akses menuju Banyuwangi terdapat kemacetan Panjang di daerah Ketapang, Banyuwangi ataupun penutupan jalan di daerah Gumitir, Jember pada periode Juli s.d September 2025. Masalah ini berpotensi menjadi bumerang. Apabila lonjakan kunjungan wisatawan yang diklaim dari event-event besar tidak diimbangi dengan perbaikan infrastruktur yang memadai, hal ini dapat membebani kapasitas yang ada, merusak pengalaman wisatawan, dan pada akhirnya merugikan citra daerah. Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur bukan hanya kebutuhan logistik, tetapi merupakan prasyarat mutlak untuk pertumbuhan yang terkendali.Pertumbuhan pariwisata yang pesat juga membawa risiko dampak negatif terhadap lingkungan dan kesenjangan sosial. Berdasarkan pengalaman penulis mencatat konsekuensi lingkungan yang serius di Kawah Ijen, di mana bunga edelweiss, menjadi semakin jarang terlihat. Selain itu, terdapat kekhawatiran tentang pembangunan pariwisata yang timpang, di mana pemerintah terlalu berfokus pada destinasi unggulan seperti Kawah Ijen dan Pulau Merah, sementara wilayah lain tertinggal dari segi fasilitas dan pemberdayaan masyarakat.Rekomendasi untuk Pertumbuhan yang Inklusif dan BerkelanjutanBerikut adalah rekomendasi strategis untuk memastikan pariwisata olahraga di berbagai daerah dapat terus tumbuh secara berkelanjutan. Diantaranya Penguatan Kerangka Kebijakan dan Kolaborasi Penta-Helix, seperti yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menunjukkan konsistensi dalam menyelenggarakan event sport tourism dan berkolaborasi dengan grup sepeda “Main Sepeda”. Untuk melangkah lebih jauh, kolaborasi ini harus diperluas ke model penta-helix yang mengintegrasikan pemerintah, swasta, akademisi, komunitas, dan media. Sinergi ini akan memastikan setiap pemangku kepentingan memiliki peran yang jelas, mencegah pembangunan yang timpang, dan memaksimalkan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.Rekomendasi berikutnya yaitu diversifikasi dan inovasi event berbasis komunitas. Strategi yang efektif adalah dengan menyeimbangkan penyelenggaraan event internasional berskala besar (hard tourism) yang berfungsi sebagai promosi, dengan pengembangan event-event berbasis komunitas di pedesaan (soft tourism). Pendekatan ini akan memanfaatkan potensi lokal dan menyebarkan manfaat ekonomi secara lebih merata. Hal ini juga akan mengurangi risiko ketergantungan pada event tunggal, seperti yang terjadi di destinasi lain.Selain itu, Peningkatan Kapasitas SDM dan Infrastruktur Terintegrasi. Investasi strategis harus dialokasikan untuk memperbaiki infrastruktur vital seperti akses jalan dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, penting untuk berinvestasi dalam pelatihan sumber daya manusia (SDM) lokal, membekali mereka dengan keterampilan pariwisata melalui Gerakan pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang andal agar mereka dapat menjadi pelaku aktif, bukan sekadar penonton, dalam industri ini. Serta pemanfaatan teknologi digital untuk aksesibilitas dan promosi. Mengembangkan platform digital yang terintegrasi, seperti Banyuwangi Tourism APP, adalah langkah krusial untuk meningkatkan aksesibilitas dan promosi. Digitalisasi akan mempermudah wisatawan untuk mendapatkan informasi, memesan tiket, dan menemukan layanan lokal. Pendekatan ini sangat relevan karena studi menunjukkan bahwa faktor informasi adalah salah satu pendorong utama yang secara signifikan menjelaskan peningkatan jumlah pengunjung.Pariwisata olahraga telah membuktikan diri sebagai lokomotif ekonomi yang berhasil, khususnya bagi Banyuwangi. Keberhasilan ini dibangun di atas landasan event-event strategis yang secara efektif memanfaatkan keindahan alam daerah dan konsistensi pemerintah.Namun, pertumbuhan ini hanya akan berkelanjutan jika tantangan kritis—terutama dampak negatif lingkungan dan kesenjangan sosial—diatasi secara proaktif dengan pendekatan yang lebih inklusif, terencana, dan berorientasi pada masyarakat. Dengan mengimplementasikan rekomendasi strategis yang diajukan, Banyuwangi dapat memastikan bahwa pariwisata olahraganya tidak hanya menjadi booster ekonomi jangka pendek, tetapi juga fondasi yang kuat untuk pembangunan regional yang inklusif dan lestari di masa depan.-------*tulisan ini hanya opini penulis semata dengan bersumber dari beberapa literasi yang telah tersedia.