Seseorang berdiri di dekat puing-puing yang bertebaran akibat hujan lebat yang diperparah oleh Topan Super Ragasa, di Apalit, Provinsi Pampanga, Filipina, Selasa (23/9/2025). Foto: John Dimain/AFPDampak Topan Super Ragasa masih dirasakan warga Filipina. Pemerintah harus mengevakuasi 400 ribu orang dan tiga orang dilaporkan tewas akibat topan itu.Saat bersamaan, datang badai tropis kuat Buolai. Pejabat pertahanan sipil di wilayah Bicon mengatakan tiga orang tewas akibat dinding runtuh dan pohon tumbang akibat badai Bualoi.Para pengungsi di satu provinsi berlindung di bawah bangku-bangku gereja ketika atap gereja tempat mereka berlindung dibawa badai."Sekitar pukul 04.00, angin merusak pintu, jendela, dan atap gereja," kata insinyur di Provinsi Masbate, Jerome Martinez, dikutip dari AFP, Jumat (26/9)."Ini merupakan salah satu angin terkuat yang pernah saya alami," ujarnya.Petugas penyelamat ikut serta dalam operasi pembersihan jalan pascalongsor di Tuba, Provinsi Benguet, Filipina, Senin (22/9/2025). Foto: Kantor Polisi Kota Tuba via Reuters"Saya rasa banyak orang harus mengungsi karena banyak rumah hancur dan atap-atapnya dibawa angin, memblokir jalan dan jalur," lanjutnya.Petugas pun berusaha membersihkan jalan dari pohon dan tiang listrik yang tumbang. Banyak jalan tidak dapat dilalui karena tertutup pohon dan tiang listrik."Hujannya deras, tapi anginnya jauh lebih kencang," kata petugas penyelamat, Frandell Anthony.Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat masyarakat menggunakan perahu atau berjalan tertatih-tatih melewati air setinggi pinggang untuk melewati jalan yang terendam banjir ke pulau Visayas, Filipina.Filipina dihantam rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, membuat jutaan orang di daerah rawan bencana dalam kemiskinan berkepanjang.Para ilmuwan memperingatkan bahwa badai akan semakin kuat seiring pemanasan global akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia.