Ilustrasi - Fosil koprolit di Museum Sejarah Swedia (Flickr/Stockholm)YOGYAKARTA - Banyak orang menganggap fosil hanyalah tulang belulang atau kerangka hewan purba. Namun, ada jenis fosil unik yang justru berasal dari kotoran hewan yang telah membatu, yaitu koprolit. Meski sering jadi bahan lelucon, fosil ini menyimpan banyak informasi penting tentang kehidupan masa lalu.Koprolit berasal dari kata Yunani kopros yang berarti kotoran, dan lithos yang berarti batu. Fosil ini bukan bagian tubuh hewan, melainkan termasuk kategori fosil jejak. Artinya, koprolit merekam aktivitas hewan purba, khususnya dalam hal pola makan dan lingkungannya.Dengan meneliti bentuk, ukuran, dan kandungan koprolit, para ilmuwan bisa menebak jenis hewan yang menghasilkannya. Misalnya, koprolit berbentuk spiral kemungkinan besar berasal dari hiu purba atau ikan dengan usus berbentuk spiral. Penemuan ini membantu para peneliti merekonstruksi ekosistem kuno dengan lebih detail.Fosil Koprolit dan Pola Makan Hewan PurbaKoprolit berfungsi sebagai arsip kecil tentang pola makan hewan yang sudah punah. Jika di dalamnya terdapat serpihan tulang, kemungkinan besar pemiliknya adalah pemakan daging. Sebaliknya, bila ditemukan sisa tumbuhan, hewan tersebut diperkirakan vegetarian.Hal ini membantu paleontolog membedakan predator dari herbivora meski tanpa menemukan fosil tubuhnya. Dengan begitu, para ilmuwan bisa menyusun rantai makanan purba secara lebih akurat. Koprolit memberi informasi tidak hanya tentang siapa yang makan siapa, tetapi juga bagaimana ekosistem purba berjalan.Selain itu, bentuk spiral pada beberapa koprolit memperkuat teori tentang anatomi hewan purba. Misalnya, hiu dan coelacanth modern memiliki usus spiral, sehingga fosil serupa menandakan adanya kesamaan struktur pencernaan sejak jutaan tahun lalu. Temuan semacam ini membantu memahami evolusi organ tubuh.Penemuan Penting dari Mazon CreekPenelitian terbaru dari Curtin University meneliti koprolit berusia sekitar 300 juta tahun dari Mazon Creek, Amerika Serikat. Tempat ini terkenal karena mampu mengawetkan fosil dengan detail luar biasa. Para ilmuwan menemukan bahwa koprolit tersebut masih menyimpan molekul rapuh seperti turunan kolesterol.Awalnya, mereka menduga mineral fosfat yang melindungi molekul tersebut. Namun ternyata, butiran kecil karbonat besi yang tersebar di dalam fosil lah yang menjaga jejak molekul tetap bertahan. Penemuan ini menunjukkan bahwa pelestarian biomolekul mengikuti aturan tertentu, bukan sekadar kebetulan.Dengan temuan tersebut, para peneliti kini memiliki arah lebih jelas dalam mencari fosil bernilai tinggi. Lokasi yang kaya karbonat besi berpeluang lebih besar menyimpan informasi kimia kehidupan purba. Hal ini membuka jalan baru dalam ilmu paleontologi molekuler.Fosil koprolit membuktikan bahwa bahkan kotoran pun bisa menjadi sumber pengetahuan yang luar biasa. Dari bentuk, ukuran, hingga molekul yang terkandung di dalamnya, semua memberi petunjuk berharga tentang kehidupan jutaan tahun lalu. Koprolit bukan hanya sekadar sisa pencernaan, melainkan catatan kimia ekosistem purba.Kini, penelitian fosil tidak hanya berfokus pada kerangka atau tulang, tetapi juga jejak kecil yang menyimpan informasi detail. Dengan koprolit, kita bisa mengetahui bagaimana hewan prasejarah makan, hidup, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kotoran purba ini benar-benar mengubah cara kita memandang sejarah kehidupan di Bumi.