Para narasumber "Akselerasi Pemenuhan dan Distribusi Dokter Spesialis di Indonesia: Strategi, Sinergi, dan Solusi" yang digelar Ika Medica (Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang), di Semarang, Sabtu (27/9/2025). (Foto: ANTARA)SEMARANG - Indonesia mengalami kekurangan dokter spesialis yang signifikan. Atas ini, Kementerian Kesehatan terus berupaya mempercepat pemenuhan kekurangan dokter spesialis di Indonesia melalui berbagai program, di antaranya beasiswa pendidikan dokter spesialis."Setiap tahun kita hanya (menghasilkan dokter spesialis, red.) 2.700. Penduduk kita berapa? 280.000 juta sekian," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Kemenkes dr. Yuli Farianti, M.Epid, di Semarang, dilansir dari ANTARA, Sabtu, 27 September.Hal tersebut disampaikannya saat Diskusi bertema "Akselerasi Pemenuhan dan Distribusi Dokter Spesialis di Indonesia: Strategi, Sinergi, dan Solusi" yang digelar Ika Medica (Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang).Berdasarkan perhitungan, baik dari rasio penduduk, epidemiologi penyakit, hingga jenis penyakit, kata dia, Indonesia ternyata masih kekurangan setidaknya 70.000 dokter spesialis.Diakuinya, kekurangan dokter spesialis paling banyak di wilayah Timur, seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Papua.Untuk itu, ia mengatakan pemerintah telah menyiapkan berbagai upaya, yakni menyiapkan beasiswa, baik dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) maupun kementerian dan lembaga.Setelah itu, kata dia, upaya pendidikan dokter dengan dua model, yakni berbasis universitas yang dilakukan di lingkungan universitas, namun tetap memerlukan rumah sakit pendidikan sebagai tempat praktik dan penyelenggara utama.Kemudian, berbasis rumah sakit yang dilakukan di rumah sakit yang telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama (RSPPU)."Yang ketiga adalah dengan penugasan khusus ya. Yang Keempat adalah bagi dokter-dokter yang sudah spesialis dan ditingkatkan kapasitasnya. Kami juga menyediakan untuk 'fellowship'," katanya.Yuli mengatakan Kemenkes saat ini sudah membuka sekitar 300 beasiswa pendidikan kedokteran subspesialis, seperti kardiologi intervensi dan neurointervensi, baik di dalam maupun luar negeri.Ketua Ika Medica Dr. dr. Cahyono Hadi Sp.Og, Subsp.FER mengatakan bahwa pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk memenuhi kekurangan dokter spesialis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat."Bahwa persoalan-persoalan penyakit degeneratif di Indonesia itu kan sangat tinggi sehingga kita membutuhkan banyak sekali dokter dan dokter spesialis. Sehingga program pemerintah dalam percepatan pemerintah dokter spesialis itu kami dukung," katanya.Salah satunya melalui penyelenggaraan seminar nasional tersebut untuk mengurai persoalan dengan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan terkait dan dokter."Kami mendorong mungkin penerimaan dokter spesialis diperbanyak. Juga mungkin pengiriman dari daerah yang 3T diperbanyak. Jadi, bagaimana mempermudah penerimaan dokter spesialis sehingga produksinya juga bisa banyak. Kalau kemudian penerimaan banyak kan 'outcome'-nya juga banyak," katanya.Seminar tersebut juga merupakan rangkaian Musyawarah Nasional Ika Medica, salah satunya untuk pemilihan Ketua Ika Medica periode 2025-2030 dan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan berbagai pihak.