Pembicaraan Terkait Nuklir Buntu, Iran Terancam Alami Krisis Kepemimpinan

Wait 5 sec.

Ilustrasi peta Iran dan Azerbaijan. Foto: ShutterstockPara petinggi Iran, yang sejak revolusi Islam tahun 1979 dipegang oleh para ulama terancam mengalami krisis kepemimpinan. Hal ini disebabkan oleh blokade ekonomi serta sanksi yang diterapkan Negara Barat, terutama Inggris-Prancis-Jerman kepada Iran. Dilansir reuters, pembicaraan terkait program pengembangan nuklir Iran mengalami kebuntuan pada Sabtu (27/9), akibatnya, PBB akan melanjutkan sanksi ekonomi terhadap negara ini. reuters juga mengumpulkan data dari 4 pejabat Iran dan 2 orang dalam pemerintahan yang mengemukakan kekhawatiran ini. Ada dilema, sebab, setuju dengan persyaratan negara barat akan mengesampingkan nilai yang selama ini dipegang para pemimpin Iran; tak akan tunduk terhadap tekanan barat. Nilai itu yang dipegang Iran selama ini. "Para pemimpin ulama terjebak di posisi yang sulit, keberlangsungan Republik Islam terancam," kata seorang pejabat Iran. Gambar satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan fasilitas pengayaan nuklir Natanz, 135 mil tenggara Teheran, Iran, Jumat (24/1/2025). Foto: Maxar Technologies via AP"Masyarakat kita tak sanggup lagi menerima tekanan ekonomi, atau perang baru," sambungnya. Kekhawatiran ini ditambah sebab, jika Iran gagal mencapai kesepakatan tentang program pengembangan nuklir, mungkin saja Israel akan kembali menyerang fasilitas nuklir Iran. Hal itu diperkuat dengan komentar dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang tak segan menyerang Iran jika mereka meneruskan program pengayaan uranium--yang membuka jalan bagi pembuatan senjata nuklir. "Saya rasa, peluang pecah perang baru terasa signifikan. Sebab, Israel yang masih agresif mendapat dukungan dari AS," kata bekas anggota parlemen Iran, Gholamali Jafarzade, kepada media Iran, pada Kamis (25/9). Asap membubung tinggi setelah ledakan di Teheran, Iran, Jumat (13/6/2025). Foto: Vahid Salemi/AP PhotoSebelumnya, Inggris-Prancis-Jerman telah memberi sanksi Iran sejak 28 Agustus 2025. Mereka menuding Iran melanggar pakta nuklir 2015 dengan negara-negara nuklir. Sanksi ini efektif berlaku pada Sabtu kemarin, setelah negosiasi di sela Sidang Umum PBB gagal. Tudingan Negara Barat dan Israel tetap sama, Teheran menggunakan program nuklir mereka untuk menciptakan senjata. Sementara Iran menyatakan, program nuklir ini digunakan hanya untuk tujuan damai. Kekhawatiran Masyarakat IranBanyak warga Iran mulai marah dengan sanksi ekonomi ini. Shima, salah satunya, ia adalah guru sekolah dasar. Ia khawatir sanksi ekonomi akan semakin melumpuhkan kehidupan mereka setelah. Terlebih, selama beberapa dekade mereka juga hidup dalam sanksi ekonomi."Kita sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, tambahan sanksi artinya tambahan tekanan ekonomi. Lalu, apakah kita bisa tahan," kata Shima, ibu dua anak ini, kepada reuters. Suasana pasar disaat kenaikan harga makanan melanda di Teheran, Iran, Selasa (17/5/2022). Foto: Majid Asgaripour/WANA via ReutersSaat ini, angka inflasi di Iran sudah mencapai 40%, sementara beberapa pengamat memperkirakan angka inflasi mungkin telah mencapai 50%. Media-media Iran juga memberitakan, dalam beberapa bulan terakhir harga-harga makanan naik tajam, begitupun dengan harga rumah, dan peralatan. Sejauh ini Iran bisa bertahan akibat bantuan China. Negeri Tirai Bambu ini adalah pembeli utama minyak Iran, dan salah satu dari segelintir negara yang masih berdagang dengan Iran sejak sanksi ekonomi tahun 2018. Namun, dengan sanksi terbaru PBB ini, ketidakpastian menghantui ekspor minyak tersebut.