Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr.dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, mengatakan bahwa keracunan makanan tidak boleh dianggap remeh. (Yesica/VOI)JAKARTA - Maraknya kasus keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ribuan anak beberapa waktu belakangan dapat berdampak sangat buruk. Dampak dari keracunan tersebut bukan hanya diare, muntah, atau dehidrasi saja.Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr.dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, mengatakan bahwa keracunan makanan tidak boleh dianggap remeh. Keracunan tersebut bisa berdampak fatal hingga kematian.“Dalam keadaan akut itu bisa fatal, bahkan sampai kematian,” ungkap Prof Ari, saat ditemui di Jakarta Selatan, pada Senin, 29 September 2025.Jika keracunan makanan tersebut terjadi secara berulang, maka dapat merusak struktur usus. Hal ini yang dapat menyebabkan keganasan penyakit di area usus di masa depan, salah satunya kanker kolorektal atau kanker usus besar.“Prinsipnya, ketika seseorang mengalami peradangan kronis yang berulang-ulang, maka itu akan merubah struktur dari dinding usus tersebut sampai timbul keganasan di masa depan,” jelasnya.“Dalam keadaan kronik, salah satunya bisa memicu irritable bowel syndrome hingga kanker kolorektal,” tambahnya.Selain itu, jika sudah terjadi infeksi keracunan makanan maka dapat memicu melemahnya daya tahan tubuh, mengganggu penyerapan gizi, hingga menyebabkan kebutuhan medis yang lebih kompleks pada anak. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi keracunan juga bisa mempengaruhi mikrobiota usus anak.Oleh karena itu, kasus keracunan massal yang menimpa anak-anak dalam program MBG belakangan ini harus dievaluasi dengan serius. Kelalaian dalam menjalankan program tersebut dapat memicu kontaminasi bakteri penyebab keracunan, yang jika tidak diatasi dengan baik bisa terjadi secara berulang.“Makanya kalau bisa jangan sampai terjadi infeksi keracunan ini, apalagi berulang. Karena ya tadi dampaknya buat jangka panjang bisa terjadi hal-hal yang lebih berat,” pungkas Prof Ari.