Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. (Foto: ANTARA)JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi melarang Perum Bulog untuk mendistribusikan beras tidak layak konsumsi alias busuk. Adapun pernyataan tersebut merespons temuan Ketua Komisi IV DPR, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto terkait 1.200 ton beras Bulog di Ternate, Maluku Utara, dimana sebagian beras disebut telah berubah warna menjadi menguning dan dinilai tidak layak konsumsi. ”Kalau masih bisa di-reprocess, di-reprocess atau di-quality control. Tapi kalau misalnya busuk yang pasti itu tidak boleh diedarkan ke masyarakat,” ujar Arief ditemui di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Senin, 29 September. Menurut Arief, perlu perawatan berkala stok beras yang di gudang Bulog mengingat ada sekitar 4 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelolanya. Lebih lanjut, Arief bilang, jika ternyata ditemukan penurunan kualitas beras di suatu wilayah tertentu, maka otoritas terkait harus bertanggung jawab. “Kalau ada parsial seperti itu, kita mau minta tanggung jawab dari, satu, pinwil-nya, pimpinan wilayah, kedua, pimpinan cabang, yang ketiga adalah kepala gudangnya. Setiap hari masuk ke gudang, setiap hari masuk ke gudang, masa enggak tahu ada barang yang jelek?,” jelasnya. Arief juga mengaku rutin mengingatkan Bulog untuk menjaga kualitas beras yang ada di gudangnya. Meski begitu, dia mengakui tidak mudah mengurus ribuan gudang. “Kita juga udah berulang-ulang (mengingatkan). Sekali lagi, kita juga harus dukung teman-teman di Bulog, karena tidak mudah kan juga mengurus 1.600 (gudang) beras dan ada yang di pelosok-pelosok,” tuturnya.Di sisi lain, Arief juga mengakui beras yang disimpan di gudang Bulog sejak 2024, mutunya bisa berkurang.Karena itu, kata dia, perlu perawatan secara berkala.Adapun perawatan yang dimaksud mulai dari difumigasi untuk menghindari kutu beras.Lalu, diproses ulang untuk memulihkan kembali kualitaanya. Serta, disortir antara beras yang patah dan butiran utuh.“Kalau tadi difumigasi, fumigasi itu artinya tetap food grade, tetapi kutunya enggak bisa. Karena itu harus. Jadi perawatan itu namanya kita nyetok 3,5 juta sampai 4 juta ton, perawatan itu harus terus-menerus,” ujarnya.