Penyegelan kawasan mengandung radioaktif cesium-137 oleh Dirjen Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup di sebuah pabrik di Cikande, Kabupaten Serang, Kamis (11/9/2025). (ANTARA)JAKARTA - Penemuan material radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, menimbulkan kekhawatiran. Zat berbahaya ini dikenal tidak ada secara alami di lingkungan, melainkan berasal dari aktivitas industri maupun residu nuklir.Kasus di Serang menjadi pengingat paparan radiasi, meski tidak terlihat, dapat memberi dampak jangka panjang pada kesehatan manusia dan keberlanjutan lingkungan. Menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Cs-137 adalah zat buatan yang digunakan di dunia industri, antara lain untuk alat ukur kepadatan dan aliran. Zat ini tidak terbentuk secara alami di lingkungan, sehingga jelas kontaminasi berasal dari peralatan atau limbah industri.Direktur Inspeksi Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif Bapeten, Zulkarnain, menyebut sebagian material berbahaya sempat digunakan warga tanpa mengetahui risikonya. Sisa material radioaktif ditemukan dijadikan campuran pondasi bangunan. Padahal Cs-137 termasuk kategori radiasi pengion yang berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang.Di sisi lain, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), Cs-137 yang berikatan dengan klorida akan membentuk bubuk kristalin dengan sifat mirip garam dapur.Karakter ini membuatnya mudah berpindah melalui udara, larut dalam air, serta menempel kuat pada permukaan tanah atau beton.Tanaman yang tumbuh di lahan tercemar pun bisa menyerap zat ini dalam jumlah kecil, membuka jalan bagi Cs-137 masuk ke rantai makanan termasuk perikanan, sektor vital bagi ekspor Indonesia.Secara historis, jejak Cs-137 biasanya ditemukan akibat uji coba senjata nuklir atau kecelakaan reaktor. Dalam jumlah normal di alam, kadarnya sangat kecil. Namun, temuan di Serang menegaskan adanya risiko kebocoran atau penyalahgunaan bahan radioaktif di luar kendali otoritas nuklir sipil.Di dunia medis maupun industri, Cs-137 memang memiliki fungsi penting. Dalam skala kecil, zat ini dipakai untuk mengkalibrasi alat pendeteksi radiasi seperti Geiger-Mueller counter. Dalam skala lebih besar, Cs-137 digunakan pada terapi radiasi kanker, serta di sektor industri untuk mengukur ketebalan logam atau aliran cairan dalam pipa.Masalah muncul ketika zat ini lepas tanpa kendali. EPA mencatat paparan Cs-137 dalam dosis tinggi dapat menyebabkan luka bakar radiasi, sindrom radiasi akut, bahkan kematian. Radiasi gamma yang dipancarkan Cs-137 juga meningkatkan risiko kanker.Bila masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, atau udara yang terkontaminasi, Cs-137 akan tersebar ke jaringan lunak, terutama otot, sehingga memicu paparan radiasi internal yang berlangsung lama."Kondisi ini meningkatkan potensi kanker karena paparan energi radiasi dalam tubuh berlangsung dari waktu ke waktu," demkikan menurut EPA, seperti dikutip ANTARA.