Direktur Teknik PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re ditemui usai acara Insurance Industry Dialogue di St. Regis, Jakarta Selatan pada Selasa (30/9/2025). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan Melemahnya rupiah dalam beberapa waktu belakangan disebut tak mempengaruhi premi dari asuransi maupun reasuransi. Premi justru lebih dipengaruhi oleh banyak atau tidaknya klaim.Direktur Teknik PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, Delil Khairat, menjelaskan hal ini karena aset, premi, dan reasuransi sama-sama menggunakan rupiah.“Karena aset kita dinilai dalam rupiah, premi dibayar dalam rupiah. Reasuransinya keluar juga dalam rupiah. Jadi kita nggak ada perbedaan itu,” kata Delil ditemui usai acara Insurance Industry Dialogue di St. Regis, Jakarta Selatan, Selasa (30/9).Ia menuturkan, premi juga dipengaruhi oleh siklus pasar yang sedang lunak atau keras. Namun, saat ini siklus asuransi justru berada dalam kondisi lunak atau soft cycle sehingga cocok bagi orang membeli asuransi.“Siklus pasar, baik hard maupun soft, juga berpengaruh. Sekarang lagi soft. Jadi secara keseluruhan premi asuransi dan reasuransi sebenarnya lagi turun. Lagi bagus buat buyer,” ujarnya.Meski tak berpengaruh pada premi, Delil menjelaskan pelemahan rupiah justru memengaruhi pencadangan perusahaan asuransi maupun reasuransi. Ia menuturkan, perusahaan asuransi dan reasuransi juga perlu membuat pencadangan dalam mata uang asing.Jika rupiah melemah, maka beban untuk membeli mata uang asing akan semakin berat. Namun hal ini bergantung pada portofolio pencadangan masing-masing perusahaan.“Kita juga harus punya proporsi yang seimbang antara dolar itu. Kalau cash flow kita nggak balance antara dolar yang masuk dengan yang bisa kita simpan, jadi kita harus beli dolar buat nambahin cadangan kita. Kalau nggak kita bisa kena sama OJK juga. Di situ paling kita kenanya. Jadi nggak langsung ke preminya,” ujarnya.