Festival Mandi Safar, Tradisi Pesisir Gorontalo yang Didorong Jadi Agenda Nasional

Wait 5 sec.

Bupati Gorontalo Utara Thariq Modanggu (tiga dari kanan) menggelar diskusi konsep pengembangan pariwisata daerah. (ANTARA)JAKARTA - Mandi Safar merupakan tradisi yang telah lama hidup di tengah masyarakat pesisir di berbagai daerah Nusantara. Biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah, kegiatan ini tidak hanya dimaknai sebagai ritual tolak bala, tetapi juga telah berkembang menjadi bagian dari warisan budaya yang mengikat kebersamaan masyarakat.Di beberapa daerah, tradisi tersebut bahkan dikemas lebih meriah menjadi sebuah festival yang melibatkan seni, kuliner, hingga atraksi wisata bahari.Fenomena ini juga terlihat di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, yang setiap tahunnya menggelar Festival Mandi Safar sebagai agenda rutin. Tradisi lokal ini dinilai memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan, baik karena nilai budayanya maupun daya tarik wisata alam yang menjadi latar pelaksanaannya."Saya telah bertatap muka langsung dengan Sekretaris Menteri Pariwisata untuk mengusulkan kegiatan Festival Mandi Safar tersebut dalam kegiatan bertaraf nasional yang akan digelar Tahun 2026 mendatang," kata Bupati Gorontalo Utara Thariq Modanggu di Gorontalo, seperti dikutip ANTARA.Pemerintah daerah berharap Festival Mandi Safar dapat masuk ke dalam kalender Kharisma Event Nusantara milik Kementerian Pariwisata. Menurutnya, selain sebagai atraksi budaya, kegiatan ini bisa membuka peluang pertukaran bisnis, menghadirkan pelaku pariwisata dari berbagai daerah, dan memperluas promosi lewat jejaring yang lebih besar.Melalui festival tersebut, pemerintah daerah menargetkan kehadiran para investor yang dapat melihat peluang bisnis di sektor pariwisata. Dengan begitu, kegiatan ekonomi lokal bisa tumbuh, sementara daerah memperoleh tambahan sumber pendapatan.Thariq menekankan, pengembangan wisata daerah harus mengoptimalkan kekayaan alam, budaya, serta potensi laut yang dimiliki Gorontalo Utara. Karena itu, ia juga membuka ruang untuk masukan dalam penyusunan konsep pengembangan pariwisata, agar lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman.Selain itu, ia menilai pentingnya dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut. "Dengan melibatkan lima jenis pemangku kepentingan yaitu, akademisi, komunitas, bisnis (ekonomi), pemerintah dan media, kita menargetkan pariwisata daerah ini dapat maju dan berkembang khususnya meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke daerah ini," imbuhnya.