Bujang, orangutan jantan berusia 35 tahun yang diselamatkan dari sebuah sirkus di Sumatera saat ini berada di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari, Samboja, Kalimantan Timur, Jumat (12/7/2024). Foto: Yasuyoshi Chiba/AFPDi pulau Kalimantan, langit pagi masih hadir dengan kabut tipis. Tapi suara alam kian tergantikan suara gergaji, suara kendaraan berat, dan kemarau panjang yang mengeringkan sungai sungai kecil. Hutan di pulau borneo ini kehilangan hampir 129.896 hektare sepanjang tahun 2024 angka terburuk dibanding provinsi provinsi lain.Di Kalimantan Timur sendiri, daerah yang paling aktif mengalami deforestasi, hutan alam menyusut lebih dari 44.483 hektare hanya dalam setahun. Di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, untuk Kalimantan Tengah sendiri kehilangan puluhan ribu hektare hutan alami karena perluasan kebun dan aktivitas tambang.Ada fakta lain yang menyayat dari total kebun sawit di Indonesia, sekitar 3,5 juta hektare berada secara ilegal di dalam kawasan hutan indikasi kuat bahwa izin dan pengawasan belum cukup. Di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, adalah provinsi provinsi yang tercatat memiliki bagian dari sawit ilegal itu.Orang utan, yang dulu dikenal sebagai penguasa dahan tinggi di hutan, kini semakin sering turun ke pinggiran kebun untuk mencari sisa-sisa makanan. Bekantan, primata unik Kalimantan, kian sulit menemukan pohon hidup tempatnya bergelayut sebagian habitatnya telah berubah menjadi barisan pohon sawit atau pertambangan.Dalam tiga bulan pertama 2025, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalimantan Timur berhasil menyelamatkan sekitar 28 orang utan dan melepasliarkan sebagian ke habitat alami. Tindakan kecil, tetapi nyatanya, alam mendesak agar kita bertindak.Sebenarnya Kalimantan tidak menolak adanya perubahan atau pembangunan, pulau itu hanya ingin terdengar, agar pembangunan tidak menjadi alasan untuk lupa. Agar sawit dan tambang tidak menyapu semua yang hidup, agar sungai kembali jernih, udara kembali harum, dan hutan di tepian sungai kembali tumbuh.Jika kita terus membiarkan pohon tumbang di mata kita, maka suatu hari hutan tidak lagi menjadi latar belakang. Dan hari itu, bukan hanya satwa yang kehilangan rumah, tetapi kita semua kehilangan bagian dari pajang nadi kita, bagian dari rumah kita sendiri dan orang utan beserta hutan nya akan menjadi dongeng belaka yang hanya bisa diceritakan tanpa dilihat.