Warga Palestina berada di samping jenazah anggota keluarganya yang tewas akibat serangan Israel ke Jalur Gaza. (Wikimedia Commons/WAFAin contract with APAimages)JAKARTA - Otoritas Gaza menuduh tentara Israel membunuh sekitar 2.000 orang di wilayah yang telah ditetapkannya sebagai wilayah aman dan "kemanusiaan" setelah memaksa mereka meninggalkan Kota Gaza.Kantor media Gaza mengatakan, tentara telah menyesatkan masyarakat dengan mengklaim wilayah tengah dan selatan, termasuk Al Mawasi, aman, sementara terus menyerang di sana.Tentara Israel telah melancarkan 133 serangan di wilayah selatan dan tengah sejak 11 Agustus, ketika mereka memulai serangan di Kota Gaza, kata kantor tersebut, dikutip dari The National 29 September.Sekitar 1.903 orang yang tewas di wilayah-wilayah ini merupakan 46 persen dari seluruh kematian yang dilaporkan di Jalur Gaza selama periode tersebut."Kami juga menyerukan kepada masyarakat internasional dan negara-negara di dunia bebas untuk segera menghentikan kejahatan genosida dan agresi terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, dan untuk berupaya menyelamatkan warga sipil yang tersisa sebelum terlambat," kata kantor media Gaza.Puluhan orang tewas di Gaza akibat serangan udara dan tembakan Israel pada Hari Minggu, menurut media resmi Palestina.Israel sendiri mengatakan pasukannya "terus memperluas operasi" di Kota Gaza, menuduh lima dari mereka yang tewas adalah "teroris" yang menembakkan rudal anti-tank ke arah pasukan.Tentara Israel mengakui mereka beroperasi di luar kota Gaza, dengan angkatan udara melancarkan 140 serangan di seluruh jalur tersebut dalam sehari, sementara pasukan di selatan digambarkan telah "melenyapkan teroris dan membongkar peralatan observasi serta infrastruktur militer".Tentara Israel memulai serangan darat yang diperluas di Kota Gaza bulan ini. Akibatnya, sekitar 350.000 hingga 400.000 warga Palestina telah meninggalkan wilayah yang dulunya merupakan wilayah terpadat di jalur tersebut, tetapi ratusan ribu lainnya masih bertahan, menurut perkiraan Program Pangan Dunia (WFP) PBB.Ketika serangan dimulai, tentara Israel meningkatkan tekanan pada penduduk untuk pergi, mengebom gedung-gedung tinggi dan menyebarkan selebaran yang memerintahkan "evakuasi" dari kota Gaza."Setiap keluarga yang pindah ke selatan akan menerima bantuan kemanusiaan yang paling dermawan," klaim militer.Namun, sejumlah warga Palestina yang melarikan diri dari serbuan tentara ke Kota Gaza telah menceritakan kepada The National bagaimana mereka malah mengalami kelaparan dan keputusasaan di selatan, meskipun Israel mengklaim kondisi yang lebih baik. Yang lainnya enggan pergi, karena khawatir Israel berencana merelokasi mereka untuk selamanya.Pasukan Israel sedang berusaha menguasai Kota Gaza, yang dinilai sebagai basis Hamas. Israel mengatakan wilayah tersebut merupakan rumah bagi sekitar 2.000 hingga 3.000 pejuang Hamas, dan operasi militer yang disahkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertujuan untuk menetralisir komando pusat kelompok tersebut.Namun, serangan tersebut telah dikutuk secara luas karena kekhawatiran akan memperburuk situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza.PBB mengatakan lebih dari setengah juta orang terjebak dalam kelaparan setelah blokade bantuan Israel selama berbulan-bulan.Konflik terbaru pecah di Gaza usai kelompok militan Palestina menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel, dikutip dari Reuters.Itu dibalas dengan serangan udara, blokade dan operasi darat oleh Israel ke Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan pada Hari Minggu mengonfirmasi korban tewas Palestina sejak Oktober 2023 telah mencapai 66.005 orang, sementara korban luka-luka mencapai 168.162 orang, seperti melanisr WAFA.Kelompok pemantau kelaparan global mengatakan, kelaparan telah melanda beberapa wilayah Gaza, sementara beberapa pakar hak asasi manusia mengatakan tindakan tentara dalam perang tersebut merupakan genosida.Israel dengan tegas membantah hal ini, dengan mengatakan perang tersebut merupakan tindakan membela diri dan klaim genosida didasarkan pada pernyataan Hamas.