Serbia Tangkap 11 Orang Terkait Kepala Babi di Masjid-masjid Prancis

Wait 5 sec.

Ilustrasi. (Wikimedia Commons/Oregon Department of Transportation)JAKARTA - Otoritas Serbia menangkap 11 orang atas dugaan melakukan tindakan bermotif kebencian di Prancis dan Jerman atas perintah dinas intelijen asing.Mereka dituduh menempatkan kepala babi di luar sembilan masjid, yang memicu kemarahan dan kekhawatiran atas meningkatnya kebencian anti-Muslim, kata dinas intelijen luar negeri Serbia.Beberapa di antaranya ditandai dengan nama Presiden Prancis Emmanuel Macron. Situs-situs Yahudi di dalam dan sekitar Paris juga dirusak bulan ini, termasuk beberapa yang ditempeli stiker bertuliskan "genosida".Mereka yang ditangkap juga diduga melemparkan cat hijau ke tugu peringatan Holocaust, beberapa sinagoge, dan sebuah restoran Yahudi, semuanya di Paris, serta menempatkan "kerangka" beton di depan Gerbang Brandenburg di Berlin.Para tersangka dilatih di Serbia dan semuanya warga negara Serbia, kata Kementerian Dalam Negeri.Tersangka ke-12, yang diidentifikasi dengan inisial MG, diduga melatih mereka "atas instruksi dinas intelijen asing" dan sedang dalam pelarian, katanya."Tujuan mereka juga untuk menyebarkan gagasan yang menganjurkan dan menghasut kebencian, diskriminasi, dan kekerasan berdasarkan perbedaan karakteristik pribadi kelompok tertentu yang disebutkan di atas," jelas kementerian, dilansir dari The National 30 September.Kendati demikian, pihak kementerian tidak mengidentifikasi dinas intelijen asing yang diduga memerintahkan pelatihan tersebut, atau kewarganegaraan tersangka yang buron.Investigasi polisi di Prancis menemukan, kepala babi telah ditempatkan di sana oleh warga negara asing yang segera meninggalkan negara itu.Penyelidik Prancis dengan cepat mengidentifikasi sebuah kendaraan dengan pelat nomor Serbia dan nomor telepon Kroasia yang terkait dengan kejahatan di dekat masjid.Mereka ditangkap di ibu kota Serbia, Beograd, dan di Velika Plana, sebuah kota sekitar 100 km di selatan, bekerja sama dengan dinas keamanan.Semua kejahatan tersebut dilakukan dari April hingga September 2025, kata kementerian.Ditambahkan, kelompok yang terdiri dari 11 orang tersebut akan diadili atas pelanggaran termasuk diskriminasi rasial dan spionase.Diketahui, Prancis adalah rumah bagi populasi Yahudi terbesar di dunia di luar Israel dan AS, serta komunitas Muslim yang substansial yang bersimpati terhadap penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza.Otoritas Prancis telah melakukan serangkaian investigasi dalam beberapa tahun terakhir terhadap tindakan vandalisme yang terkait dengan campur tangan asing, dengan banyak pengamat menuding Moskow.Serangan-serangan tersebut seringkali ditujukan kepada komunitas Yahudi dan Muslim di negara itu, di saat ketegangan meningkat akibat perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.Beberapa negara Uni Eropa telah melaporkan lonjakan kebencian anti-Muslim dan anti-Semitisme sejak awal perang pada Oktober 2023, menurut Badan Hak Asasi Fundamental Uni Eropa.