Cerita Muhammad Husein, Satu-satunya WNI yang Kini Masih Berlayar Menuju Gaza

Wait 5 sec.

Konsolidasi NGO dan Aktivis Mengawal Global Sumud Flotilla digelar Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) di Hotel Horison Balairung, Jakarta (30/9/2025). Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparanMuhammad Husein atau Ustaz Husein kini jadi satu-satunya Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berlayar menembus blokade Gaza. Husein kini berada di kapal observer bernama Summertime - Jong bersama 20 relawan dari berbagai negara. Sebetulnya masih ada dua WNI lain yang juga sempat berlayar. Mereka adalah Wanda Hamidah dan Muhammad Faturrahman. Namun, keduanya kini masih terdampar di Italia usai berlayar dari Tunisia. Sebab, kapal yang mereka tumpangi mengalami kerusakan. Sementara itu, jarak Husein dengan Pantai Utara Gaza kini hanya terpaut 300 mil laut (Nm). Bila ditarik garis lurus, jaraknya sekitar perjalanan darat Jakarta ke Surabaya. Kalau tak ada aral melintang, Husein dan rombongan Global Sumud Flotilla (GSF) akan tiba sekitar dua hingga tiga hari lagi.Muhammad Husein melaporkan langsung dari kapal yang menuju Gaza. Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparanDalam acara bertajuk "Konsolidasi NGO dan Aktivis Mengawal Global Sumud Flotilla" yang digelar Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) di Hotel Horison Balairung, Jakarta (30/9), Husein melaporkan langsung situasi terkini dari atas kapal melalui live streaming via zoom. Husein menyebut dirinya dalam kondisi sehat meski sempat mual dihantam ombak berkali-kali. "Alhamdulillah. Kita semua sudah berbagi pengalaman semua. Semua sudah mengosongkan perutnya dari yang mengeluarkan makanan sampai mengeluarkan cairan empedu," kata Husein melalui video zoom meeting, melaporkan langsung dari Laut Mediterania sekitar Siprus. Husein menyebut logistik di kapalnya cukup untuk perbekalan ke Gaza. Meski begitu, kata dia, dirinya dan tim di kapal memang makan ala kadarnya saja. "Kita makannya benar-benar jarang sekali. Kadang makan makanan Italia, ada makanan tuna kalengan, kita makan mentah kita campur indomie kering. Kadang juga kalau ada air panas juga kita bikin indomie pakai bawang bombay. Seadanya saja," tutur Husein. Terkadang, kata dia, timnya juga mengkonsumsi ikan-ikan yang ada di lautan. "Sambil jalan mancingnya. Saya sudah saya posting di Instagram saya," kata Husein. Kapal yang ditumpangi Husein sendiri sempat mengalami kendala teknis di Italia. Namun, kata dia, dirinya dan rombongan berganti kapal dan kini sudah berhasil mengejar puluhan-puluhan kapal lain yang sudah berlayar di depan. Kapal baru yang ditumpangi Husein memang lebih cepat dari kapal-kapal yang lebih dulu berlayar. Kata Husein, kecepatan kapalnya mencapai 12-13 knot. Lebih cepat dari kapal-kapal lain yang melaju sekitar 6-7 knot."Kami sudah bertemu dengan kapalnya Thiago Avilla dan Greta Thunberg, kapal Alma. Kita sedang berada di antara kapal-kapal Global Sumud Flotilla lainnya. Alhamdulilah," kata Husein. Konsolidasi NGO dan Aktivis Mengawal Global Sumud Flotilla digelar Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) di Hotel Horison Balairung, Jakarta (30/9/2025). Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparanHusein lalu bercerita bahwa ada sepanjang perjalanan ada sejumlah drone yang mendekati kapal mereka. Husein menyebut drone-drone itu diduga milik Israel yang mengawasi gerak-gerik mereka. Meski begitu, kata Husein, dirinya juga melihat cahaya yang diduga kapal Italia yang membantu mengawal kapal-kapal GSF. "Tadi malam juga ada drone, pagi tadi juga ada drone yang memantau kapal-kapal kami, kapal-kapal yang lain. Mereka perhatian sekali sama kita, care sekali," katanya. Husein juga menyampaikan bahwa lima kapal sumbangan rakyat Indonesia terus melaju menembus Gaza meski kini ditumpangi delegasi negara-negara lain. Sedianya, kapal-kapal itu ditumpangi oleh sekitar 30 delegasi dari Indonesia. Namun, IGPC memutuskan untuk menyerahkan kapal-kapal itu sebagai bagian dari langkah yang strategis. "Indonesia kali ini tidak hanya menjadi penonton. tapi Indonesia dengan izin Allah kita menjadi pemain. Tidak hanya pemain, kita menjadi pemain besar dalam gerakan ini. Dari 40-an kapal yang telah yang sudah berlayar itu 10 persennya adalah kapal Indonesia," kata Husein. Koordinator Indonesia Global Peace Convoy, Muhammad Husein, Berlayar ke Gaza. Foto: Dok. IGPCSementara itu, Husein juga menekankan bahwa ada tiga WNI yang masih terlibat di dalam gerakan ini. Sejauh ini, kata Husein, dirinya belum bisa memastikan apakah Israel akan mencegat kapal-kapal mereka atau tidak. Sebab, ada 44 negara yang tergabung dalam gerakan besar ini. Tapi, bila Israel tetap mencegat, kemungkinan mereka akan digiring ke Pelabuhan Ashdod, Israel. "Kemungkinan besar hanya ada satu opsi saja yaitu ke Ashdod, ke pelabuhan mereka [Israel]. Kalau kita digiring ke negara lain mungkin kita akan dibawa angkatan negara lain yang bersangkutan entah Siprus atau Mesir," pungkasnya. Konsolidasi NGO dan Aktivis Mengawal Global Sumud Flotilla digelar Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) di Hotel Horison Balairung, Jakarta (30/9/2025). Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparanSementara itu, pembicara IGPC KH. Bachtiar Nasir yang memoderatori live streaming Husein meminta pemerintah Indonesia memiliki sikap politik yang jelas terhadap Global Sumud Flotilla. Hingga kini, kata Bachtiar, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah mengenai keberadaan WNI dalam GSF. Oleh sebab itu, pihaknya meminta pemerintah setidaknya memberikan dukungan moral, sebagaimana dilakukan pemerintah Malaysia, yang secara terbuka mendukung partisipasi warganya dalam flotilla kemanusiaan ini.“Kami memohon pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius terhadap keselamatan warga negara kita yang kini berada di garda terdepan perjuangan kemanusiaan untuk Gaza,” ujar KH. Bachtiar Nasir.