Kerugian Emiten Pengelola KFC Indonesia (FAST) Menyusut Jadi Rp 142 Miliar

Wait 5 sec.

Ilustrasi KFC. Foto: ShutterstockEmiten pengelola jaringan restoran cepat saji KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), masih mencatatkan kerugian (rugi bersih tahun berjalan) sebesar Rp 142,31 miliar per semester I 2025. Kerugian ini mengecil dibandingkan semester I 2024 sebesar Rp 349,75 miliar. Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (7/8), total pendapatan FAST periode berjalan tercatat sebesar Rp 2,40 triliun, turun dari Rp 2,48 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan pendapatan ini terjadi seiring penyesuaian strategi operasional, termasuk pengurangan jumlah gerai. Hingga akhir Juni 2025, FAST hanya mengoperasikan 698 gerai, menyusut dari 715 gerai pada akhir Desember 2024.Kendati beban pokok penjualan menurun menjadi Rp 961,4 miliar dari Rp 1,06 triliun, perusahaan masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 142,31 miliar, Di sisi neraca, total liabilitas perusahaan tercatat meningkat menjadi Rp 3,97 triliun per 30 Juni 2025, naik dibandingkan posisi akhir 2024 sebesar Rp 3,40 triliun. Lonjakan ini terutama berasal dari utang bank jangka panjang yang melonjak menjadi Rp 931,79 miliar dari Rp 353,61 miliar per 31 Desember 2024.Liabilitas jangka pendek juga meningkat, antara lain berasal dari utang pajak yang naik signifikan menjadi Rp 335,02 miliar dari sebelumnya Rp 217,70 miliar, serta kenaikan utang bank jangka pendek menjadi Rp 420,30 miliar.FAST menerbitkan saham baru sebanyak 533,33 juta lembar melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD), dengan harga Rp 150 per saham. Dana yang terkumpul mencapai Rp 80 miliar dan tercatat sebagai tambahan modal disetor.Selain itu, FAST juga melepas 15 persen kepemilikan di anak usahanya PT Jagonya Ayam Indonesia kepada PT Shankara Fortuna Nusantara senilai Rp 54,44 miliar. Langkah ini bagian dari restrukturisasi bisnis, di mana anak usaha tersebut tengah membangun peternakan ayam terpadu di Jawa Timur guna mendukung stabilitas pasokan bahan baku.Meski masih mencatat rugi, posisi kas dan setara kas perusahaan membaik, naik menjadi Rp 120,77 miliar dari Rp 64,83 miliar pada akhir tahun lalu. Hal ini didorong oleh arus kas masuk dari aktivitas pendanaan yang mencapai Rp 543,06 miliar selama enam bulan pertama 2025.