Warga Jalur Gaza mengantre pendistribusian makanan. (UNICEF/Abed Zagout)JAKARTA - Korban tewas anak-anak dan dewasa akibat kelaparan dan malnutrisi terus bertambah di Jalur Gaza, seiring dengan krisi kemanusiaan berlangsung di wilayah kantong Palestina itu di tengah agresi dan blokade Israel.Sumber medis di Jalur Gaza pada Hari Selasa mengumumkan delapan warga Palestina meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi di Gaza dalam 24 jam terakhir.Mereka mengonfirmasi, di antara para korban terdapat seorang anak dan tujuh orang dewasa, sehingga jumlah total korban tewas akibat kelaparan menjadi 188, termasuk 94 anak-anak, melansir WAFA 5 Agustus.Krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza terus memburuk akibat blokade dan kekurangan pasokan makanan dan medis. Kelaparan parah ini berkaitan erat dengan perang genosida yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023.Sejak 2 Maret 2025, otoritas pendudukan telah menutup semua penyeberangan ke Jalur Gaza, menghalangi masuknya sebagian besar bantuan makanan dan medis, yang mempercepat penyebaran kelaparan di wilayah kantong Palestina tersebut.Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) telah memperingatkan, malnutrisi pada anak-anak balita meningkat dua kali lipat antara Maret dan Juni akibat blokade yang masih berlangsung.Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi tingkat malnutrisi di Gaza telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan hampir satu dari lima anak balita di Kota Gaza menderita malnutrisi akut.Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah usai kelompok militan Palestina menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera menurut perhitungan Israel, dikutip dari Reuters.Itu dibalas Israel dengan melakukan blokade, serangan udara hingga operasi militer di wilayah Jalur Gaza.Israel dan kelompok militan Palestina menyepakati gencatan senjata serta pertukaran sandera dan tahanan pada 19 Januari. Setidaknya 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza diyakini masih hidup. Mayoritas sandera awal telah dibebaskan melalui negosiasi diplomatik, meskipun militer Israel juga telah membebaskan beberapa sandera.Pada 2 Maret, Israel kembali melakukan blokade total terhadap Gaza dengan dalih menekan kelompok militan Palestina untuk menyepakati gencatan senjata usulan Amerika Serikat dan pertukaran sandera-tahanan. Seiring berakhirnya kesepakatan gencatan senjata, Israel kembali menggelar operasi militer di Gaza pada 18 Maret.Sementara itu, sumber medis pada Hari Selasa mengonfirmasi, korban tewas Palestina di Gaza sejak agresi Israel Oktober 2023 telah mencapai 61.020 jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak, sementara korban luka-luka mencapai 150.671 orang.